Situs berita kesehatan di Amerika Serikat, STAT merupakan media yang pertama kali melaporkan penundaan uji coba itu.
Baca Juga: Trump Akan Menjadi Tuan Rumah Penandatanganan Kesepakatan UEA-Israel pada 15 September
Mereka melaporkan, kemungkinan efek samping dapat terjadi di seluruh Inggris.
Pada Juli 2020 lalu, ahli mikrobiologi Selandia Baru, dr.
Siouxsie Wiles mengklaim bahwa uji coba vaksin AstraZeneca dan Universitas Oxford merupakan yang paling menjanjikan.
Baca Juga: Koalisi Arab mencegat drone Houthi bersenjata yang menargetkan Arab Saudi
"Dari semua yang ada dalam uji coba saat ini, ini mungkin yang paling saya sukai," kata Wiles.
Seorang juru bicara AstraZeneca mengonfirmasi, mereka juga menghentikan uji coba vaksin di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain.
Baca Juga: Pendiri Kompas Jakob Oetama Meninggal Dunia
Akhir bulan lalu, pihak AstraZeneca mulai merekrut 30.000 ilmuwan AS untuk melakukan studi vaksinnya.***