Tantang AS! Mantan Presiden Rusia Optimis Hadapi Sanksi dari AS, Medvedev: Memutuskan Diplomatik

- 27 Februari 2022, 18:16 WIB
Serangan rudal terlihat di ibu kota Kyiv, Ukraina, 26 Februari 2022 /Reuters/Gleb Garanich
Serangan rudal terlihat di ibu kota Kyiv, Ukraina, 26 Februari 2022 /Reuters/Gleb Garanich /

MEDIA PAKUAN - Moskow menantang sanksi-sanksi dari Barat dengan memilih untuk keluar dari kesepakatan senjata nuklir terakhir dengan Amerika Serikat.
 
Termasuk memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Barat, serta membekukan aset mereka.

Ancaman tersebut diberikan oleh mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev ketika hubungannya dengan Barat menjadi keterpuruk, karena invasinya ke Ukraina.
 
 
 

Dmitry yang kini merupakan wakil kepala Dewan Keamanan Rusia yang diketuai oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin juga memperingatkan bahwa Moskow sendiri dapat mengembalikan hukuman matinya.

hukuman mati tersebut dikembalikan setelah Rusia dikeluarkan dari kelompok hak asasi utama Eropa.
 
Menjadi pernyataan paling mengerikan di negara yang belum memiliki hukuman mati untuk itu, selama seperempat abad.
 
Baca Juga: Tergiur Gaji Rp10 Juta, Banyak TKW Indonesia Kabur dari Majikannya di Arab Saudi, Ini 2 Penyebabnya

Bermacam-macam sanksi telah menghujani Rusia, contohnya Rusia akan diberikan pembatasan ketat baru pada operasi keuangannya.
 
Di sisi lain, sanksi juga berisi tentang larangan kejam pada ekspor tekhnologi ke RUsia dan membekukan aset Putin dan menteri luar negerinya, serta tanggapan keras yang mengerdilkan pembatasan Barat sebelumnya.

Sanksi lainnya pun masih banyak yang diberikan negara-negara di dunia bahkan dari PBB ke Rusia.

AS beserta sekutunya juga mengatakan bahwa sanksi mungkin terjadi akan lebih keras dari ancaman-ancaman yang muncul.
 
Baca Juga: Inilah 7 Macam Neraka, Untuk Siapakah Neraka Saqor?

Sanksi AS kepada Rusia, termasuk mengeluarkannya dari SWIFT, yang merupakan sistem dominan untuk transaksi keuangan global.

Berbagai kecaman tersebut tidak membuat Rusia gentar, seraya mengatakan  “Kami diusir dari mana-mana, dihukum dan diancam, tetapi kami tidak merasa takut” ucap yakin Dmitry.

Bahkan dirinya mengejek sanksi yang dijatuhkan oleh AS dan sekutunya kepadanya adalah sebagai upaya dalam membenarkan "Keputusan memalukan mereka di masa lalu, seperti mundur pengecut dari Afganistan”.
 
Baca Juga: Heran! Tiba-Tiba Para Jemaah Umroh Dilarang Masuk Masjidil Haram, Ada Apa Ya?

Awal turun jabatan presiden Dmitry yang menjabat kepresidenan dari 2008 sampai 2012 lalu digantikan oleh Putin hingga sekarang dengan membiarkan Putin menjabat hingga kini Putin menjabat selama 8 tahun.

Masa jabatan Dmitry pada saat menjadi presiden dikenal sebagai liberal dibandingkan Putin, namun pada Sabtu ini, ia membuat serangkaian ancaman yang tidak disebutkan oleh tokoh-tokoh Kremlin yang paling hawkish sampai saat ini.
 
Baca Juga: Sebut Calon Suami, Lucinta Luna Beri Gombalan Pada Fadly Faisal

Dmitry mencatat sanksi yang menawarkan Kremlin dengan dalih untuk sepenuhnya kepada Ukraina tentang bahayanya berhubungan dengan Barat.

Karena sebuah kesepakatan itu ditolak oleh Presiden Ukraina, Rusia menunjukan perhatiannya kepada Ukraina untuk menggulingkan pemerintah Presiden Ukraina dengan menargetkan Volodymyr Zelensky (Presiden Ukraina) sebagai nomor satu orang yang diburu Rusia.

Rusia juga telah memilih mengeluarkan diri dari "perjanjian pengendalian senjata nuklir START baru" yang membatasi persenjataan nuklir AS dan Rusia.
 
Baca Juga: Rizky Febian Tulis Kata Mendua, Sule Malah Suruh Beristighfar

Perjanjian tersebut telah diresmikan hingga telah ditandatangani oleh Dmitry pada 2010 dengan Presiden AS Barack Obama saat itu.

Perjanjian itu juga membatasi setiap negara untuk tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir yang dikerahkan dan 700 rudal dan pembom yang dikerahkan.

Fakta dari perjanjian tersebut seharusnya kini telah ditetapkan berakhir pada Februari 2021, namun Moskow dan Washington memperpanjangnya selama 5 tahun lagi.
 
Baca Juga: Gemas! Jalan Bareng, Marissya Icha Sebut Fadly Faisal Mirip Gala Sky Andriansyah

Jika Rusia memilih keluar dari perjanjian sekarang, maka itu akan menghapus semua pemeriksaan pada kekuatan nuklir AS dan Rusia dan meningkatkan ancaman baru, bukan hanya berdampak ke Rusia maupun AS, tapi keamanan global.***




Editor: Ahmad R

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x