Larangan Jilbab Jadikan Isu Pemilihan Presiden di Prancis, Begini Kata HAM De Cartena

- 24 Januari 2022, 13:53 WIB
Ilustrasi Muslimah
Ilustrasi Muslimah /Pexels

Baca Juga: Lee Seung Hoon Jadi Satu-satunya Member WINNER yang Terinfeksi Positif Virus Covid-19

Herannya Langkah yang jarang terjadi, keputusan kontroversial itu ditentang oleh pemerintah Emmanuel Macron, padahal mereka telah melakukan beberapa tindakan keras terhadap umat Islam dalam beberapa tahun terakhir.

Tercatat yang menyetujui 160 suara berbanding 143 di majelis tinggi parlemen, keputusan tersebut merupakan demonstrasi bahwa Islamofobia dilembagakan," tambah De Cartena, kepada TRT World.

Sebuah undang-undang yang diklaim oleh pemerintah Prancis ditujukan untuk memerangi "ekstremisme Islam".

Tetapi para kritikus mengatakan membatasi kebebasan beragama dan secara tidak adil menargetkan Muslim.

Baca Juga: GEMPAR! 4000 Umat Muslim Bertambah Setiap Tahunnya di Jerman, Kenapa Bisa Memilih Agama Islam?

Langkah terbaru oleh Senat Prancis mengikuti serangkaian pembatasan dalam beberapa tahun terakhir yang secara sistematis menekan umat Islam.

De Cartena mengatakan bahwa dalam pemungutan suara melalui keputusan terbaru, Senat "menunjukkan bahwa kebijakan Islamofobia dan perang melawan Islam dan Muslim; bersifat permanen dan ada di mana-mana di bidang politik, hukum, media."

Awal bulan ini, sebuah penelitian di Prancis menemukan kecenderungan kuat oleh media negara itu untuk memberikan waktu tayang kepada suara-suara sayap kanan dan memperkuat pandangan pinggiran mereka.

Tahun lalu parlemen Prancis melarang perempuan Muslim menghadiri perjalanan sekolah anak-anak mereka sambil mengenakan jilbab, sebuah simbol yang dianggap sebagai ancaman bagi semua hal yang diperjuangkan Republik.

Halaman:

Editor: Popi Siti Sopiah

Sumber: trtworld.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x