MEDIA PAKUAN - Presiden Turki Racep Tayyip Erdogan dengan tegas menolak urusan negaranya diinterpensi apalagi diatur oleh negara adidaya Amerika Serikat.
Hal itu terlihat setelah Presiden Turki Erdogan melakukan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih Joe Biden beberapa hari lalu.
Yang dibahas oleh kedua Presiden dalam pertemuan tersebut salah satunya adalah membahas S-400 sebuah sistem persenjataan yang dibeli Turki dari Rusia.
Baca Juga: Sang Jurnalis Ungkap Supermodel Han Ye Seul Pernah Jadi PSK dan Hostess Bar di Los Angeles
Joe Biden meminta kepada Erdogan yang merupakan presiden negara mitra sekaligus sama-sama anggota NATO agar tidak menggunakan persenjataan yang dipasok dari Rusia.
Akan tetapi Erdogan dengan tegas langsung menolak dan menyatakan tidak sepakat atas permintaan Joe Biden tersebut, karena mungkin Turki memiliki hubungan baik dengan Rusia.
Seorang pejabat senior AS mengatakan, dalam pertemuan Biden dan Erdogan Amerika Serikat dan Turki tidak mencapai kesepakatan tentang S-400 yang dipasok Rusia ke Anarka Turki.
Baca Juga: Cristiano Ronaldo Siap Hancurkan Muller ! Skema Pertandingan Portugal vs Jerman Euro 2021
"Mereka mendiskusikannya, tidak ada penyelesaian masalah. Ada komitmen untuk melanjutkan dialog tentang S-400," kata Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan dalam konferensi pers.
Pertemuan tersebut merupakan pertemuan langsung secara tatap muka pertama antara Biden dengan Erdogan disela-sela sebelum Biden melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pasca pertemuan itu, hubungan antara AS dengan Turki menjadi merosot dan terbilang sangat buruk sejak Erdogan membuat agendanya untuk negaranya sendiri, serta mengabaikan kritik AS.
Baca Juga: Dibully Tak Profesional Jadi Host, Dewi Perssik Ngamuk ke Denise Chariesta: Kelewatan!
Meskipun termasuk sebagai anggota NATO dan terancam mendapat ancaman sanksi dari Washington, Turki tetap pada pendiriannya membeli sistem rudal pertahanan dari Rusia.
Kendati demikian kedua presiden ini mencapai kesepakatan lain dalam membahas Afghanistan, yang mana Turki akan mengambil kendali keamanan di bandara Kabul setelah AS menarik diri.
"Keduanya menugaskan tim untuk mengerjakan detail akhir. Komitmen yang jelas dari para pemimpin ditetapkan Turki akan memainkan peran utama dalam mengamankan Bandara Internasional Hamid Karzai," kata Sullivan.***