Junta Myanmar Batasi Penggunaan Internet, Berikut Alasannya

- 23 Maret 2021, 18:08 WIB
Ilustrasi aplikasi internet
Ilustrasi aplikasi internet /pixabay/

MEDIA PAKUAN-Penguasa militer Myanmar tidak segera mencabut pembatasan internet di negara tersebut. Pembatasan hanya beberapa saat saja.

Juru bicara junta mengatakan, langkah tersebut dilakukan karena kekerasan di negara itu diprovokasi secara online.

Juru bicara Zaw Min Tun mengatakan pada konferensi pers, militer Myanmar lebih mementingkan supremasi hukum dan stabilitas, sehingga internet akan dibatasi untuk "periode waktu tertentu."

Baca Juga: Usai Habisi Para Demonstran, Militer Myanmar Turut Berduka Cita Atas Matinya Para Pengunjuk Rasa Anti Kudeta

Selain itu, Min Tun juga  mengatakan, militer Myanmar menghormati media dan meskipun mereka melaporkan protes dan kekerasan yang terjadi.

Myanmar telah mengalami terkunci dalam krisis sejak kudeta pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi yang dilakukan oleh militer sejak 1 Februari.

Protes fajar Myanmar setidaknya telah terjadi di dua tempat di pusat bagian komersial Yangon pada hari Senin setelah ratusan orang di Mandalay, termasuk banyak staf medis berjas putih, berbaris sebelum matahari terbit pada hari Minggu.

Menurut angka dari kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, kematian sejak kudeta 1 februari Setidaknya 250 orang telah tewas dalam tindakan keras Pasukan keamanan Myanmar.

Kekerasan dan kematian yang tidak sedikit telah memaksa mereka para pendemo memikirkan cara-cara baru untuk mengekspresikan penolakan mereka kepada militer Myanmar.

Pengendara membunyikan klakson nya di Yangon, yang merupakan pusat ibu kota komersial, sebagai tanggapan atas seruan di media sosial untuk menandai peringatan satu bulan peluncuran salah satu demonstrasi terbesar sejak kudeta.

Baca Juga: AS Alami Insiden Berdarah, 10 Orang Tewas Akibat Penembakan Massal

Sementara itu, para pengunjuk rasa di kota barat Mindat di negara bagian Chin, mereka memasang puluhan poster di sebuah alun-alun di depan pasar utama yang bertuliskan "Kediktatoran militer harus gagal".

Dalam kasus korban kekerasan pasukan kemanan Myanmar terakhir, empat orang tewas dan beberapa lainnya mengalami luka-luka di kota Mandalay, portal berita Myanmar Now melaporkan.***

Editor: Hanif Nasution

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x