Petugas Medis Myanmar Ditembak Junta Militer, PBB Bilang Mirip Konflik Suriah

15 April 2021, 16:10 WIB
Peringati Thingyan, Warga Myanmar Malah Turun Demo Hingga Penembakan dan Penangkapan Tak Terhindarkan /Reuters/

MEDIA PAKUAN-Pasukan keamanan Myanmar yang dikendalikan rezim militer melakukan penembakan terhadap para pekerja medis yang melakukan protes di kota Mandalay, Kamis 15 April 2021.

Satu orang tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka akibat peristiwa itu.

Para aktivis demokrasi penentang kudeta yang dilakukan militer sejak 1 Februari meminta agar junta militer membebaskan presiden terpilih Aung San Suu Kyi.

Baca Juga: Facebook Beli Pembangkit Listrik Tenaga Angin di India , Ini Tujuannya

Para penentang rezim militer ini juga terus melakukan kampanye melawan militer pada hari Tahun Baru tradisional bersama para pegawai medis dan kalangan masyarakat lainnya.

Pekerja medis berada di garis depan ujuk rasa melawan kudeta, saat berkumpul di kota  Mandalay mereka dibubarkan pasukan keamanan dengan tembakan.

Dilansir dari Reuters, salah satu warga Kota Mandalay mengatakan, tentara telah tiba di sana dan mulai menembak, melukai satu orang yang kemudian dibawa ke rumah sakit.

"Tidak ada protes di sini. Tentara baru saja datang dan sepertinya sedang mencari seseorang," kata warga yang menolak disebutkan namanya itu.

Liburan tahun baru lokal yang dikenal sebagai Thingyan tidak dirayakan oleh masyarakat, mereka lebih memilih melakukan aksi unjuk rasa menentang rezim militer.

Kudeta yang dilakukan junta militer ini telah membawa Myanmar ke dalam krisis demokrasi yang selama 10 tahun negeara tersebut sudah menuju demokrasi.

Selain protes harian, pemogokan oleh pekerja di banyak sektor yang telah membuat ekonomi terhenti.

Baca Juga: Gelombang Mata Uang Dunia, Dollar AS Merosot ke Level Terendah dan Ini Penyebabnya

Kelompok aktivis, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik menyebut pasukan keamanan telah membunuh 715 pengunjuk rasa sejak penggulingan pemerintahan Suu Kyi.

Kantor hak asasi manusia PBB merasa khawatir dengan tindakan keras militer terhadap warga sipil, sebab berisiko meningkat menjadi konflik sipil seperti yang terjadi di Suriah.***

 

Editor: Hanif Nasution

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler