Di Tengah Pandemi, Jamu Diajukan ke UNESCO Sebagai Warisan Budaya Tak Benda

- 22 Maret 2022, 13:24 WIB
Ilustrasi rempah, Hadiri Acara Sosialisasi, Irini Ingin Rempah Indonesia Diakui oleh UNESCO!
Ilustrasi rempah, Hadiri Acara Sosialisasi, Irini Ingin Rempah Indonesia Diakui oleh UNESCO! /unsplash.com

MEDIA PAKUAN - Setelah Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu bersam Gabungan Pengusaha (GP) Jamu menyerahkan dokumen nominasi Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage/ICH-02) kepada Kementerian Pendidikan, Kebudyaan, Riset, dan Teknologi pada Senin, 14 Maret 2022, dokumen mengenai jamu rencananya akan dikirim ke UNESCO paling lambat pada 31 Maret 2022.

Sebelumnya pada Februari, Kemendikbudristek telah mengumumkan enam WBTB yang akan diajukan ke UNESCO, di mana salah satunya ialah jamu.

Pengajuan ini nyatanya mendapat dukungan dari semua komunitas jamu di Indonesia.

Baca Juga: Mantan Parlemen Perkirakan Ukraina akan Runtuh Karena Zelensky

Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua GP Jamu Pusat, Dwi Ranny Pertiwi Zarman, melalui konferensi pers pada Senin, 14 Maret 2022 lalu di Jakarta.

"Kami GP Jamu, termasuk dari industri jamu baik besar maupun kecil. Bukan kami yang akan muncul di UNESCO nanti. Justru yang dimunculkan adalah para mbok jamu, bahkan sampai yang usianya paling tua," ungkapnya.

Dirinya pun berharap langkah ini dapat membuat para perajin jamu di Indonesia lebih semangat dalam melestarikan "budaya sehat bangsa".

Baca Juga: Resep Es Kacang Merah Cocok Dijadikan Menu Buka Puasa

Upaya nominasi jamu sebagai WBTB UNESCO nyatanya telah dimulai sejak 2013, yang dipelopori oleh para maestro jamu seperti Mooryati Soedibyo dan Jaya Suprana.

Menurut Erwin J Skripsiadi yang mewakili Ketua Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu, dokumen nominasi ICH-02 sendiri telah disusun sejak Juni 20221.

Dokumen tersebut disusun bersamaan dengan dilakukannya riset budaya, di mana salah satunya melalui pembacaan terhadap artefak yang menunjukkan budaya meracik jamu, seperti pada relief Candi Borobudur, Prasasti Madhawapura, Prasasti Bendosari. 

Begitupun melalui peninggalan yang berupa tulisan seperti Jampi Jawi dan Serat Centhini yang merupakan "ensiklopedia" jamu, turut menjadi objek penelitian guna mendukung jamu agar dapat ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.

Baca Juga: Menjelang Ramadhan 2022, Hati-hati Kurma Israel Membanjiri Pasar Dunia

Menurut tim kerja, pandemi Covid-19 kemudian menjadi momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menominasikan jamu ke UNESCO.

Hal ini karena jamu adalah warisan budaya dalam bentuk obat yang telah dimiliki bangsa Indonesia sejak lebih dari 1200 tahun yang lalu, hingga saat ini eksistensinya masih terus digaungkan.

"Kami semua sepakat bahwa daripada perang saat ini, dunia membutuhkan obat. Jamu bisa menjadi sumbangsih bangsa Indonesia pada kesehatan dunia," pungkas Konsultan Penelitian dan Penulis Dokumen ICH-02, Gaura Mancacaritadipura.***

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: Antaranews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x