Hidup di Laut 243 Juta Tahun Lalu, Misteri Reptil Berleher Panjang Akhirnya Dipecahkan

8 Agustus 2020, 21:59 WIB
REPTIL purba berleher panjang ternyata hidup di lautan, bukan di darat.* /Emma Finley-Jacob/University of Zurich/Current Biology via Daily Mail

MEDIA PAKUAN - Misteri reptil purba berleher panjang akhirnya dapat dipecahkan peneliti melalui metode rekonstruksi tengkorak 3D.

Ilmuwan mengatakan fosil reptil berusia 243 juta tahun lalu ini memiliki leher tiga kali dari panjang tubuhnya ternyata hidup di laut bukan di daratan

Dikutip dari Daily Mail, fosil makhluk mirip jerapah ini termasuk dalam genus Tanystropheus yang ditemukan kembali pada tahun 1852 dan telah membuat bingung para ilmuwan sejak saat itu.

Ketika itu, ilmuwan tidak mengetahui bagaimana reptil tersebut bisa menopang leher yang sangat panjang jika berkeliaran di daratan.

Tetapi dalam sebuah studi baru dari University of Zurich di Swiss, ilmuwan mengatakan bahwa reptil tersebut memiliki panjang hampir 20 kaki (6 meter), hidup di air dan dapat beradaptasi.

Lubang hidung yang terletak di bagian atas moncong dan gigi pada reptil tersebut cocok untuk menangkap mangsa yang licin seperti ikan dan cumi-cumi.

Genus Tanystropheus juga berevolusi menjadi dua spesies berbeda, yang satu lebih besar dari yang lain, demikian kesimpulan penelitian baru.

Saya telah mempelajari Tanystropheus selama lebih dari tiga puluh tahun, jadi sangat memuaskan melihat makhluk-makhluk ini, '' kata penulis studi Olivier Rieppel, seorang ahli paleontologi di Field Museum di Chicago, Amerika Serikat.

Tanystropheus tampak seperti buaya gemuk dengan leher yang sangat.

Pada masa 242 juta tahun yang lalu, ketika dinosaurus baru mulai muncul di darat, laut dikuasai oleh reptil raksasa.

Spesies Tanystropheus yang lebih besar berukuran panjang lebih dari 16 kaki dengan lehernya sepanjang 7,5 kaki (2,2 meter), tubuh 2,2 kaki (0,6 meter) dan ekor 6,5 kaki (1,9 meter).

Sebelumnya, ahli paleontologi mengira Tanystropheus adalah pterosaurus yang terbang, sebelum mengetahui bahwa makhluk itu memiliki tulang leher yang memanjang.

Di wilayah yang sama di mana banyak fosil Tanystropheus ditemukan di Swiss, ada juga fosil dari hewan yang tampak serupa yang panjangnya hanya sekitar 1,2 meter.

Namun, ilmuwan tak yakin makhluk itu menghuni daratan atau lautan.

Tengkorak fosil Tanystropheus yang besar telah dihancurkan, tetapi para peneliti melakukan pemindaian computed tomography (CT) dari lempengan fosil dan menghasilkan gambar 3D dari fragmen tulang di dalamnya.

"Kekuatan CT scan memungkinkan kita untuk melihat rincian yang tidak mungkin diamati pada fosil," kata pemimpin penulis studi Stephan Spiekman di University of Zurich.

"Dari tengkorak yang sangat hancur kami dapat merekonstruksi tengkorak 3D yang hampir lengkap, mengungkapkan detail morfologis yang penting," tambahnya.

Dengan memasang kembali pemindaian secara digital, para peneliti menemukan bukti bahwa hewan itu hidup di air.

Mereka juga berpendapat bahwa Tanystropheus mungkin datang ke daratan untuk bertelur tetapi sebagian besar tinggal di laut.

Penelitian ini telah dipublikasikan di Current Biology pada 6 Agustus 2020 dengan judul 'Aquatic Habits and Niche Partitioning in the Extraordinarily Long-Necked Triassic Reptile Tanystropheus'.***

Editor: Ahmad R

Tags

Terkini

Terpopuler