Penyakit Diderita Ruben Onsu, Ini Fakta ESS: Apakah Benar-benar Berbahaya? Simak Penjelasannya

- 22 April 2024, 13:05 WIB
Ruben Onsu menderita ESS, penyakit apakah itu
Ruben Onsu menderita ESS, penyakit apakah itu /Instagram/@ruben_onsu/

MEDIA PAKUAN - Salah seorang presenter ternama Indonesia, Ruben Onsu terungkap mendrita Empty Sella Syndrome (ESS).

Meski sering kali dianggap sebagai kondisi medis yang kurang dikenal dan misterius. Namun, banyak pasien mengidap penyakit tersebut.

Seberapa berbahayakah kondisi ini? Mari kita teliti lebih dalam.

Penyebab dan Faktor Risiko
Pertama-tama, perlu dipahami bahwa ESS tidak selalu menimbulkan gejala yang jelas atau bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali pada sebagian besar penderitanya.

Baca Juga: Timnas Indonesia U-23 Lolos Perempat Final 2024. Lawan Korsel atau Jepang?

Penyebab pasti ESS belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan kondisi ini.

Ini termasuk trauma kepala, kelainan bawaan, atau pembedahan sebelumnya di daerah otak atau kelenjar pituitari.

Kemungkinan Komplikasi
Meskipun banyak kasus ESS tidak menimbulkan komplikasi yang signifikan, ada beberapa kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi terkait dengan kondisi ini.

Komplikasi yang paling umum terjadi adalah gangguan hormonal. Kelenjar pituitari bertanggung jawab untuk mengatur berbagai hormon dalam tubuh, dan jika terjadi tekanan atau disfungsi.

Baca Juga: Disela-sela Konser di Jakarta, U-KNOW YOUNHO Ucapkan Selamat Lebaran: Patut Ditiru Saling Memaafkan!

Pada kelenjar ini karena ESS, dapat mengganggu produksi hormon-hormon penting seperti hormon pertumbuhan, hormon tiroid, atau hormon seks.

Selain itu, beberapa penderita ESS mungkin mengalami gangguan neurologis seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, atau kelemahan otot.

Meskipun gejalanya mungkin ringan, dalam beberapa kasus, gejala ini dapat mengganggu kualitas hidup penderita.

Pengelolaan dan Perawatan
Pengelolaan ESS terutama ditujukan untuk mengatasi gejala yang mungkin dialami oleh penderita. Ini bisa melibatkan penggunaan obat-obatan untuk mengatur tingkat hormon yang terpengaruh, seperti hormon tiroid atau hormon pertumbuhan.

Dalam beberapa kasus, pembedahan mungkin diperlukan jika ESS disebabkan oleh tumor atau tekanan yang signifikan pada kelenjar pituitari.***

 

Editor: Ahmad R

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah