Sikap Terhadap Pembantu, Ternyata Beginilah Akhlak Rasulullah: Lembut dan Penuh Kasih Sayang

- 13 Oktober 2022, 09:15 WIB
Sikap mulia Rasulullah, terhadap pembantu selalu memberikan kasih sayang. Tidak pernah menghardik
Sikap mulia Rasulullah, terhadap pembantu selalu memberikan kasih sayang. Tidak pernah menghardik /Tangkapan layar /Instagram @sufitography

 
MEDIA PAKUAN - Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah manusia mulia yang memiliki sikap dan kepribadian yang sangat agung.
 
Beliau tidak hanya lembut, tapi penuh kasih sayang kepada siapapun.
 
Berikut ini akhlak Rasulullah shalallahu alaihi wasallam terhadap pembantunya.
 
Inilah panduan Rasulullah untuk menghadapi pembantu dan budaknya;
 
 Pertama, selalu berbuat baik padanya.
 
Dari shahabat ‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkata:
 
”Akhir perkataan (yang diucapkan) Rasulullah adalah:” (Jagalah) Shalat, (jagalah) shalat. Bertakwalah kepada Allah dalam urusan budak-budak kalian.”
 
(HR. Ahmad).
 
 
Kedua, tidak melakukan kekerasan fisik.
 
Beliau Rasulullah memperingatkan umatnya untuk tidak memukul dan menyakiti pembantu dan budaknya. Dari Abu Mas’ud al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berkata:
 
كُنْتُ أَضْرِبُ غُلَامًا لِي، فَسَمِعْتُ مِنْ خَلْفِي صَوْتًا: «اعْلَمْ، أَبَا مَسْعُودٍ، لَلَّهُ أَقْدَرُ عَلَيْكَ مِنْكَ عَلَيْهِ» ، فَالْتَفَتُّ فَإِذَا هُوَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، هُوَ حُرٌّ لِوَجْهِ اللهِ، فَقَالَ: «أَمَا لَوْ لَمْ تَفْعَلْ لَلَفَحَتْكَ النَّارُ» ، أَوْ «لَمَسَّتْكَ النَّارُ»
 
Dahulu aku pernah memukul budakku, tiba-tiba aku mendengar suara dari belakangku:“ Ketahuilah wahai Abu Mas’ud, sungguh Allah lebih mampu untuk menghukummu, dibandingkan kemampuanmu untuk menghukumnya.” Maka aku menoleh, ternyata orang itu adalah Rasulullah . Maka aku berkata:“
 
Wahai Rasulullah, dia merdeka (bebas) demi mengharap wajah Allah.” Maka Beliau bersabda:“ Adapun, jika kamu tidak melakukan hal itu, niscaya dirimu dilahap api neraka.” Atau bersabda:“ Disentuh api neraka.”
 
 
(HR. Muslim, Abu Daud, Timidzi).
 
Dan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
 
وعن عائشة ـ رضي الله عنها ـ قالت: ( ما ضرب رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ خادما ولا امرأة قَط.. )( أبو داود )
 
“Tidak pernah sekalipun Rasulullah memukul pembantu ataupun wanita.”
 
(HR. Abu Dawud).
 
Nabi menjadikan pembebasan budak sebagai kafarat (tebusan/hukuman) bagi seorang majikan atau tuan yang memukul budaknya. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:” Rasulullah bersabda:
 
مَنْ لَطَمَ مَمْلُوْكَهُ اَوْ ضَرَبَهُ فِى غَيْرِ تَعْلِيْمٍ وَتَأْدِيْبٍ فَكَفَّارَتُهُ اَنْ يَعْتِقَهُ ( رواه مسلم )
 
”Barangsiapa yang menampar budaknya atau memukulnya bukan untuk tujuan pendidikan dan memberi pelajaran, maka kafaratnya (hukuman) adalah memerdekakan budak tersebut.”
 
 
(HR. Muslim).
 
Tiga, melarang membebani tugas berat pembantu.
 
Nabi Muhamamd  melarang kita membebani (memberi tugas) kepada budak dan pembantu dengan pekerjaan-pekerjaan yang berat, melebihi kemampuan mereka, dan melarang kita mendoakan keburukan (melaknat) mereka.
 
Beliau Nabi bersabda:
 
(وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ) ( البخاري )
 
”Dan janganlah kalian membebani (memberi tugas) mereka dengan beban yang berat (tidak sanggup mereka pikul), dan jika kalian membebani, maka bantulah.”
 
(HR. Bukhari).
 
 
Empat, memberi Pendidikan kepada 
 pembantu.
 
Rasulullah bersabda;
 
ثَلاَثَةٌ لَهُمْ أَجْرَانِ -فذكر منهم- وَرَجُلٌ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبَهَا، وَعَلَّمَهَا فَأَحْسَنَ تَعْلِيْمَهَا، ثُمَّ أَعْتَقَهَا، فَتَزَوَّجَهَا فَلَهُ أَجْرَانِ
 
“Tiga orang yang mendapatkan dua pahala – lalu beliau menyebutkan mereka, diantaranya – dan seorang yang memiliki budak wanita lalu mendidiknya dengan pendidikan yang bagus dan mengajarkannya dengan pengajaran yang baik, kemudian membebaskannya lalu menikahinya maka ia mendapatka dua pahala.”
 
(HR: al-Bukhari).
 
Lima, larangan mendoakan keburukan pembantu.
 
Dan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata:” Rasulullah bersabda:
 
اَ تَدْعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ، وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى خَدَمِكُمْ، وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أَمْوَالِكُمْ؛ لاَ تُوَافِقُوْا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيْهَا عَطَاءً فَيُسْتَجَابُ لَكُمْ). رواه مسلم
 
Janganlah kalian mendoakan keburukan (laknat) menimpa dirimu, janganlah kalian mendoakan keburukan menimpa anak-anakmu, janganlah kalian mendoakan keburukan menimpa pembantu-pembantumu, janganlah kalian mendoakan keburukan menimpa hartamu, agar doa kalian tidak bersamaan dengan waktu dikabulkannya doa dari Allah sehingga doa keburukan itu dikabulkan’.
 
 
(HR: Muslim).
 
Enam, memaafkan kesalahan pembantu.
 
Nabi juga berpesan kepada para shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum agar memaafkan kesalahan dan perilaku buruk para pembantu dan budak mereka. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
 
( جاء رجل إلى النبي – صلى الله عليه وسلم – فقال: يا رسول الله كم نعفو عن الخادم؟ فصمت، ثم أعاد عليه الكلام فصمت، فلما كان في الثالثة قال: اعفوا عنه في كل يوم سبعين مرة )( أبو داود)
 
“Datang seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu ia berkata:
 
“Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berapa kali kita memaafkan (kesalahan) pembantu?” Lalu beliau pun diam. Kemudian orang itu mengulang perkataannya. Dan Nabi pun masih terdiam. Lalu yang ketiga kalinya beliau bersabda:” Maafkanlah dia (pembantu) setiap hari tujuh puluh kali.”
 
(HR. Abu Dawud).
 
 
7. Tujuh, memberi makan dan pakaian yang baik.
 
Nabi memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada budak dan pembantu, untuk tidak menghina mereka, dan bahkan beliau memerintahkan kita untuk memberi makan dan pakaian kepada budak dan pembantu dari jenis makanan dan pakaian yang dipakai oleh majikannya. Dari Ma’rur bin Suwaid berkata:
 
(لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ وَعَلَى غُلَامِهِ حُلَّةٌ فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ إِنِّي سَابَبْتُ رَجُلًا فَعَيَّرْتُهُ بِأُمِّهِ فَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ -خدمكم وعبيدكم- جَعَلَهُمْ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ وَلَا تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ)( البخاري)
 
Aku bertemu Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu di Rabdzah, saat itu ia mengenakan pakaian dua lapis, begitu juga pembantunya, maka aku tanyakan kepadanya tentang itu, maka dia menjawab:”
 
Aku dahulu menghina seseorang dengan cara menghina ibunya, maka Nabi menegurku: “Wahai Abu Dzar apakah kamu menghina dia dengan (mencela) ibunya?
 
 
Sesungguhnya kamu masih memiliki (sifat) jahiliyyah. Saudara-saudara kalian adalah budak dan pembantu kalian, Allah telah menjadikan mereka di bawah tangan (kekuasaan) kalian.
 
Maka barang siapa yang saudaranya berada di bawah tangannya (kekuasaannya), hendaklah ia memberinya makanan dari apa-apa yang dia makan, memberinya pakaian dari jenis pakaian apa yang dia pakai, dan janganlah kalian membebani (memberi tugas) mereka sesuatu yang di luar batas kemampuan mereka. Jika kalian membebani mereka, maka bantulah mereka.”
 
(HR. al-Bukhari).
 
Rasulullah ﷺjuga bersabda:
 
لِلْمَمْلُوْكِ طَعَامُهُ وَكِسْوَتُهُ بِالْمَعْرُوْفِ وَلاَ يُكَلَّفُ مِنَ الْعَمَلِ مَا لاَ يُطِيْقُ
 
“Bagi budak (hamba sahaya) ada hak mendapat makanan dan pakaian yang pantas, dan tidak boleh diberikan beban pekerjaan yang tidak mampu dilakukannya.”
 
 
Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu (pelayan) Rasulullah mengisahkan kepada kita tentang kasih sayang dan wasiat amali (wasiat/pesan yang berbentuk praktek) beliau kepada para pembantu. Dia radhiyallahu ‘anhu berkata:
 
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ خُلُقًا فَأَرْسَلَنِي يَوْمًا لِحَاجَةٍ فَقُلْتُ: وَاللَّهِ لَا أَذْهَبُ وَفِي نَفْسِي أَنْ أَذْهَبَ لِمَا أَمَرَنِي بِهِ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجْتُ حَتَّى أَمُرَّ عَلَى صِبْيَانٍ وَهُمْ يَلْعَبُونَ فِي السُّوقِ فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَبَضَ بِقَفَايَ مِنْ وَرَائِي قَالَ: فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ يَضْحَكُ فَقَالَ: يَا أُنَيْسُ أَذَهَبْتَ حَيْثُ أَمَرْتُكَ؟ قَالَ: قُلْتُ: نَعَمْ أَنَا أَذْهَبُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَنَسٌ: وَاللَّهِ لَقَدْ خَدَمْتُهُ تِسْعَ سِنِينَ مَا عَلِمْتُهُ قَالَ لِشَيْءٍ صَنَعْتُهُ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا أَوْ لِشَيْءٍ تَرَكْتُهُ هَلَّا فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا ( مسلم )
 
”Rasulullah adalah orang yang paling indah budi pekertinya. Pada suatu hari beliau menyuruhku untuk suatu keperluan. Maka aku berkata:”
 
 
Demi Allah, aku tidak mau pergi (seolah-olah Anas tidak mau melakukan perintah Rasulullah , namun hal itu terjadi karena beliau masih kecil), akan tetapi dalam hatiku aku bertekad akan pergi untuk melaksanakan perintah Nabi kepadaku.” Lalu aku pun pergi, hingga aku melewati beberapa anak yang sedang bermain-main di pasar. Tiba-tiba Rasulullah  memegang tengkukku (leher bagian belakang) dari belakang. Dia (Anas) berkata:”
 
 
Lalu aku menengok ke arah beliau, dan beliau tersenyum. Lalu kata beliau:” Wahai, Anas kecil! Sudahkah engkau melaksanakan apa yang aku perintahkan?” AKu menjawab:” Ya, saya akan pergi untuk melaksanakannya ya Rasulullah..” Anas radhiyallahu ‘anhu berkata:”
 
Demi Allah, sembilan tahun lamanya saya membantu Rasulullah, aku tidak pernah mengetahui beliau menegur saya atas apa yang aku kerjakan dengan ucapan:” Mengapa kamu melakukan begini dan begitu.” ataupun terhadap apa yang tidak aku kerjakan, dengan perkataan:” Kenapa tidak kamu lakukan begini dan begini.”
 
Zaid radhiyallahu ‘anhu pernah hidup bersama Rasulullah di rumah beliau. Ia senantiasa membantu beliau dan mengurusi keperluan-keperluan beliau. Sehingga sampai kabar kepada bapaknya (bapak Zaid) tentang keberadaan Zaid bersama Rasulullah. 
 
 
Maka ia pun bergegas dengan segera menemuinya, dan meminta dari Nabi agar beliau mengembalikan Zaid kepadanya. Maka Nabi melihat Zaid radhiyallahu ‘anhu dan berkata:
 
( إن شئت فأقم عندي، وإن شئت فانطلق مع أبيك،
 
“Kalau kamu mau, engkau boleh tinggal bersamaku dan jika kamu mau, maka pergilah bersama bapakmu.”
 
Maka ia berkata:
 
بل أقيم عندك ( الطبراني )
 
“(Tidak wahai Rasulullah ) Akan tetapi aku ingin tinggal bersamamu.”
 
(HR. ath-Thabrani).
 
 
Maka Zaid radhiyallahu ‘anhu lebih memilih tinggal bersama Rasulullah sekalipun sebagai seorang budak, dibandingkan kembali bersama bapaknya sebagai orang merdeka. Hal itu karena apa yang ia lihat dari Nabi berupa perlakuan yang baik, dan kebagusan akhlak Nabi .
 
Demikianlah akhlak mulia nabi kepada para budak dan pembantunya. Semoga ini menjadi tauladan kita Bersama.
 
Wallahu 'alam bish shawab.***
 
 
 
 

Editor: Ahmad R

Sumber: Media Pakuan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x