Kok Bisa? Kisah Muti'ah, Wanita Pertama yang Masuk Syurga, Ternyata Ini Alasannya

- 29 November 2021, 19:32 WIB
Ilustrasi wanita muslimah.  Wanita pertama masuk surga
Ilustrasi wanita muslimah. Wanita pertama masuk surga /pixabay/vadiv666/

MEDIA PAKUAN - Pernahkah kalian bertanya, siapa wanita yang pertama kali masuk surga? Nah, jawabannya adalah seorang wanita yang bernama Muti'ah.

Seperti pada sebuah kisah dimana suatu ketika, Siti fatimah bertanya kepada Rosulullah. Siapakah Perempuan yang kelak pertama kali masuk Syurga?

Rosulullah menjawab:” Dia adalah seorang wanita yang bernama Muti’ah”.

Baca Juga: Khusus Papa! Memeluk Istri dari Belakang Saat Tidur, Rasakan Manfaatnya Super Dahsyat

Siti Fatimah terkejut. Ternyata bukan dirinya, seperti yang dibayangkannya. Mengapa justru orang lain, padahal dia adalah putri Rosulullah sendiri? Maka timbulah keinginan fatimah untuk mengetahui siapakan gerangan permpuan itu? Dan apakah yang telah di perbuatnya hingga dia mendapat kehormatan yang begitu tinggi?

Setelah minta izin kepada suaminya,Sayyidina Ali Bin Abi Thalib, Siti Fatimah berangkat mencari rumah kediaman Muti’ah. Putranya yang masih kecil yang bernama Hasan diajak ikut serta.

Ketika tiba di rumah Muti’ah, Siti Fatimah mengetuk pintu seraya memberi salam,

Baca Juga: Majikan Sering Berikan Uang Sebab Ada Maunya, TKW Indonesia Ini Sering Diperlakukan Seenaknya Saat Rumah Sepi

“Assalamu’alaikum…”

“Wa’alaikumussalaam...Siapa di luar?” terdengar jawaban yang lemah lembut dari dalam rumah. Suaranya cerah dan merdu.

“Saya Fatimah, Putri Rosulullah,” sahut Fatimah kembali.

“Alhamdulillah, alangkah bahagia saya hari ini Fatimah, Putri Rosulullah, sudi berkunjung ke gubug saya,” terdengar kembali jawaban dari dalam. Suara itu terdengar ceria dan semakin mendekat ke pintu.

“Sendirian, Fatimah?” tanya seorang perempuan sebaya dengan Fatimah, Yaitu Muti’ah seraya membukakan pintu.

Baca Juga: Wanita ini Tahan Lama Bersama Majikan TKW: 28 Tahun Bekerja dengan Satu Majikan

“Aku ditemani Hasan,” jawab Fatimah.

“Aduh maaf ya,” kata Muti’ah, suaranya terdengar menyesal. Saya belum mendapat izin dari suami saya untuk menerima tamu laki-laki.”

“Tapi Hasan kan masih kecil?” jelas Fatimah.

“Meskipun kecil, Hasan adalah seorang laki-laki. Besok saja Anda datang lagi, ya? saya akan minta izin dulu kepada suami saya,” kata Mutiah dengan menyesal.

Baca Juga: Wow! 6 Negara dengan Gaji Buruh Terbesar Di Dunia, Apakah Indonesia Termasuk?

Sambil menggeleng-gelengkan kepala , Fatimah pamit dan kembali pulang.
Besoknya, Fatimah dating lagi ke rumah Muti’ah, kali ini ia ditemani oleh Hasan dan Husain.

Bertiga mereka mendatangi rumah Muti’ah. Setelah memberi salam dan dijawab gembira, masih dari dalam rumah Muti’ah bertanya:

“Kau masih ditemani oleh Hasan, Fatimah? Suami saya sudah memberi izin.”

“Ha? Kenapa kemarin tidak bilang? Yang dapat izin cuma Hasan, dan Husain belum. Terpaksa saya tidak bisa menerimanya juga, “ dengan perasaan menyesal, Muti’ah kali ini juga menolak.

Baca Juga: Park Hyung Sik dan Han So Hee Jadi Pemeran Utama KDrama Musikal Romansa

Hari itu Fatimah gagal lagi untuk bertemu dengan Muti’ah. Dan keesokan harinya Fatimah kembali lagi, mereka disambut baik oleh perempuan itu dirumahnya.

Keadaan rumah Mutiah sangat sederhana, tak ada satupun perabot mewah yang menghiasi rumah itu. Namun, semuanya teratur rapi.

Tempat tidur yang terbuat dengan kasur juga terlihat bersih, alasnya yang putih, dan baru dicuci. Bau dalam ruangan itu harum dan sangat segar, membuat orang betah tinggal di rumah.

Baca Juga: Momen Lucu, BTS Jungkook Jungkir Balik Lantaran Terlalu Senang, ARMY Bingung

Fatimah sangat kagum melihat suasana yang sangat menyenangkan itu, sehingga Hasan dan Husain yang biasanya tak begitu betah betah berada di rumah orang, kali ini nampak asyik bermain-main.

“Maaf ya, saya tak bisa menemani Fatimah duduk dengan tenang, sebab saya harus menyiapkan makan buat suami saya,” kata Mutiah sambil mondar mandir dari dapur ke ruang tamu.

Mendekati tengah hari , masakan itu sudah siap semuanya, kemudian ditaruh di atas nampan. Mutiah mengambil cambuk, yang juga ditaruh di atas nampan.

Baca Juga: Mendiang Ameer Azzikra Jadi Korban Penyakit Paru-paru: Cegah dengan Rutin Minum Ramuan Herbal Berikut Ini

“Suamimu bekerja dimana?” Tanya Fatimah.

“Di ladang,” jawab Muti’ah.

“Pengembala?” Tanya Fatimah lagi.

“Bukan. Bercocok tanam.”

“Tapi, mengapa kau bawakan cambuk?”

“Oh, itu?” sahut Mutiah dengan tersenyum” Cambuk itu kusediakan untuk keperluan lain.

Maksudnya begini, kalau suami saya sedang makan, lalu kutanyakan apakah masakan saya cocok atau tidak? Kalau dia mengatakan cocok, maka tak akan terjadi apa-apa.

Tetapi kalau dia bilang tidak cocok, cambuk itu akan saya berikan kepadanya, agar punggung saya dicambuknya, sebab berarti saya tidak bisa melayani suami dan menyenangkan hatinya.”

Baca Juga: Ratu Elizabeth II Siapkan Pohon Natal Setinggi Rumah di Inggris, Suasana Meriah

“Apakah itu kehendak suamimu?” Tanya Fatimah keheranan.

“Oh, bukan! Suami saya adalah seorang penuh kasih sayang. Ini semua adalah kehendakku sendiri, agar aku jangan sampai menjadi istri yang durhaka kepada suami.”

Mendengar penjelasan itu, Fatimah menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian ia meminta diri, pamit pulang.

“Pantas kalau Muti’ah kelak menjadi seorang perempuan yang pertama kali masuk surga,” kata Fatimah dalam hati, di tengah perjalannya pulang.

Baca Juga: Cemburu Rafathar Dicuekin, Semua Orang Rumah Rebutan Gendong Bayi 'R'

Dia sangat berbakti kepada suami dengan tulus. Prilaku kesetiaan semacam itu bukanlah lambang perbudakan wanita oleh kaum lelaki, Tapi merupakan cermin bagi citra ketulusan dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan prilaku yang sama.

Sungguh mulia Siti Muthi’ah, wanita yang taat kepada suaminya. maka tidaklah salah jika dia wanita pertama yang masuk surga.***

 

Editor: Ahmad R

Sumber: kajian islam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x