Network
MEDIA PAKUAN - Kisah ini terjadi pada salah satu keluarga kecil asal Bontang, Kalimantan Timur pda tahun 1988 silam. Sebut saja namanya Pak Candra, Bu Wati dan anaknnya Ade.
Berawal dari pindahnya keluarga Pak Candra dari Tuban-Jawa Timur ke Bontang Kalimantan Timur dengan alasan pekerjaan. Mereka kemudian menyewa sebuah rumah kayu sederhana dengan fasilitas penerangan yang masih minim.
Pada suatu malam, jam menunjukan pukul 22.00 WIB langit begitu pekat dengan kegelapan. Suara hewan malam tak terdengar hanya desiran angin menerpa dedaunan sehingga menciptakan suara khas dayuan.
Baca Juga: Bertepatan Ulang Tahun Ke-40, Ari Noah dan BCL Saling Membagi Postingan Ucapan Mesra
Pak Candra begitu telaten menimang-nimang anaknya yang belum tertidur di sebuah pendopo yang tidak jauh dari rumah sederhana yang disewannya. Awalnya keadaan biasa saja, walaupun mata bayi mungil itu belum sepenuhnnya tertidur tetapi ia begitu tenang dipangkuan ayahnnya.
Namun, tiba tiba Ade menangis sangat kencang bersamaan suara dedaunan yang berdayu semakin keras. Ada perasaan merinding pada bulu kuduk pak Candra tetapi dirinya tak mau berpikir macam-macam. Ia lebih memilih menenangkan anak yang ada di pangkuannya.
Tangisan bayi di malam hari seakan menandakan adannya kehadiran sosok tak kasat mata menghampiri bayi tersebut. Pak Candra menempelkan tangan kanannya di kening dan kedua pipi anaknya. Tidak ada hawa panas ditubuh bayinya.
Keesokan harinya, Pak Candra menceritakan kepada istrinya, Bu Wati tentang kejadian malam tadi. Bu Wati mengatakan jikalau tidak seperti biasannya Ade menangis terus-terusan, karena biasannya Ade tipe anak yang tidak manja untuk tidur malam.
