Lisung di Museum Prabu Siliwangi Sukabumi Bisa Mengamuk, Ini Penyebabnya

- 16 September 2020, 10:33 WIB
Peragaan Lisung Ngamuk di Ponpes Al Fath Kota Sukabumi
Peragaan Lisung Ngamuk di Ponpes Al Fath Kota Sukabumi /

Lobang kedua disebut Batara Sungki ini menggambarkan kekuatan pemimpin dan yang ketiga namanya dinamakan lobang panjanan dengan menggambarkan kekuatan rakyat.

Selain itu dalam kesenian Ngagotong Lisung ini biasanya dibawa oleh Ki Lengser dengan menggunakan tali pengikat sambil membawa sebuah tongkat yang menggambarkan Halu atau dalam Bahasa Sunda disebut Lulumpang.

Baca Juga: Kisah Artis Mona Fandey Seorang Kanibal Asal Malaysia

Fungsi dari tali pengikat ini merupakan simbol peraturan berbangsa dan bernegara kalau di Indonesia berarti undang-undang.

Kemudian halu adalah akronim dari haluan dan Lulumpang artinya leuleumpang/ngaleumpangkeun atau berjalan/menjalankan.

Untuk menjalankannya, lisung ini dibawa oleh empat orang yang mengisi empat sudut. Ini menggambarkan empat pilar kebangsaan yaitu NKRI, Undang-Undang Dasar, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Baca Juga: Akhirnya Rizki Febian Berhasil Gaet Anya Geraldine

Sehingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara itu harus ada tiga kekuatan yang harus bersatu dan selaras yaitu kekuatan Sanghiyang Agung Kekuatan dari Allah SWT, kekuatan Batara Sungki kekuatan pemimpin yang adil dan kekuatan Panjanan kekuatan rakyat yang sejahtera.

Maka Lisung atau negara akan aman, damai, tentram dan sejahtera. Apabila tiga kekuatan itu menyatu dan dikendalikan oleh tali peraturan yaitu undang-undang selanjutnya untuk menjalankannya harus ada haluan atau tujuan yang akan dicapai dengan ditopang empat pilar kebangsaan.

Fajar menerangkan bahwa apabila lisung ini dicopot talinya maka akan mengamuk yang menggambarkan sebuah negara yang tidak memiliki peraturan dan haluan atau tujuan maka akan goyah dan kacau.

Halaman:

Editor: Toni Kamajaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x