Psikolog Angkat Bicara Soal Bocah SD Sukabumi Tewas Dikeroyok Temannya: Diduga Ada Bullying di Lingkup Sekolah

- 22 Mei 2023, 19:18 WIB
Ilustrasi perundungan anak oleh 5 orang teman.
Ilustrasi perundungan anak oleh 5 orang teman. //freepik.com/Freepik/

MEDIA PAKUAN - Kasus kematian bocah asal kecamatan Sukaraja kabupaten Sukabumi Jawa Barat usia 9 tahun berinisial MHD menyita perhatian banyak kalangan.

Kali ini Tenaga Psikolog Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Sukabumi Dikdik Hardy turut menanggapi kasus dugaan pengeroyokan di kalangan pelajar tersebut.

Menurut Dikdik, dalam kasus ini dia melihat adanya dugaan perundungan atau bullying di kalangan pelajar yang bisa jadi dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

 

"Perilaku pembully-an (perundungan) yang disertai kekerasan pada anak dimungkinkan karena lingkungan yang padat, lingkungan yang mentolerir kata-kata atau sikap yang kasar dan lemahnya fungsi kontrol dari pola asuh orang tua," ucapnya, Senin 22 Mei 2023.

Baca Juga: Tanggapi Bocah SD Sukabumi Tewas Dikeroyok Temannya, KPAI Sesalkan Kurangnya Pengawasan Pada Anak

Terkait penyebab korban enggan bercerita soal dugaan pengeroyokan, Dikdik menyebut, biasanya perundungan ini dilakukan tidak secara random, korban harus inferior dan pelaku biasanya merasa superior.

"Makanya ada korban yang tidak bercerita tentang pembully-an yang dialami karena takut efeknya akan lebih besar yang ia terima dari pelaku," ujarnya.

 

Dia menuturkan, perkara ini seharusnya menjadi perhatian negara, pasalnya korban harus mendapatkan perawatan medis hingga akhirnya meninggal dunia di usia belia.

"Karena pelaku ini masih anak artinya negara melindungi hak-haknya tapi tetap tidak mentolerir perilakunya. Biasanya untuk pelaku ini yang harus dilakukan adalah mengkoreksi kesalahan-kesalahan perilakunya bukan si anaknya. Ini sebetulnya kalau disebut darurat nggak juga, karena korban meninggal maka ini jadi bahan perhatian," cetusnya.

Baca Juga: Bocah SD Sukabumi Diduga Tewas Dikeroyok, Keluarga Minta Pertanggungjawaban dari Sekolah

Di sisi lain, dia menyoroti guru dan tenaga pendidik yang ada di sekolah. Menurut Dikdik sejatinya guru berperan sebagai orang tua kedua bagi anak di sekolah, sehingga terhadap permasalahan ini seharusnya guru lebih peka.

 

"Sekarang pertanyaannya gini, mereka menjadi guru itu guru sebagai profesi atau guru sebagai pekerjaan. Kalau orang dulu melihat guru sebagai profesi maka mereka punya tanggungjawab moral, bukan hanya akademik tapi juga perilaku anak. (Zaman) sekarang melihatnya guru sebagai pekerjaan, jadi setelah menyampaikan materi ya sudah selesai," katanya.

Dia menambahkan, jam pembelajaran di sekolah bersifat terbatas. Terkadang pelaku bullying mencari celah untuk menghindari pengawasan pihak sekolah.

"Jadi kalau dia menghindari otoritas maka yang superior cuman dia. Misal ada guru atau kepala sekolah, dia nggak berani ngebully karena posisinya di inferior bukan superior lagi. Tapi harusnya memang pengajar itu posisinya sebagai orang tua kedua di sekolah maka dia harus melihat anak-anak itu sperti anak-anak dia," tandasnya.

Baca Juga: Pelajar SD di Sukabumi Tewas, 6 Saksi Telah dimintai Keterangan Sat Reskrim Polres Sukabumi Kota

 

Lebih lanjut, dia menyampaikan sejak awalnya ada tanda-tanda atau indikasi bullying, guru harus bisa mencegahnya dengan memahami perubahan perilaku anak didiknya.

Kemudian mengarahkan anak didik untuk mencari solusi dan jalan tengah supaya perundungan tidak terjadi.

"Harusnya bisa membedakan, ada anak murung jangan-jangan ada masalah di rumah, ada masalah di sekolah, ada masalah interaksi dengan teman-temannya. Pertama itu harus lebih peka," tambah Dikdik.

 

"Kedua posisinya bukan sebagai pemecah masalah. Jadi misalnya ada anak yang satu dibully dan satu pembuli, yang satu korban dan satu pelaku, dikumpulin terus berbaikan salaman, nggak gitu. Itu namanya mengambil alih masalah. Yang harus dilakukan pastikan kedua belah pihak itu memang harus menyelesaikan masalahnya sendiri tapi di support," jelasnya.

Baca Juga: Nahas Bocah SD di Sukabumi Tewas Diduga Dikeroyok Teman Sekolahnya

Diberitakan sebelumnya, MHD meninggal dunia pada Sabtu 20 Mei 2023 sekitar pukul 08.00 WIB usai mendapat perawatan medis di rumah sakit.

Korban dirawat di rumah sakit lantaran mengalami sesak napas dan nyeri di badannya sejak beberapa hari. Penyebab korban mengalami sakit tersebut diduga karena dipukuli teman di sekolahnya.

 

"Kita nggak nyangka itu penganiayaan. Pas saya bawa ke RS Primaya, anak itu nggak ngaku, mungkin diancam saya kurang paham aham. Setelah dokter nanya sampai 4 kali baru dia ngaku, dipukulin," kata kakek korban MY (52), Sabtu 20 Mei 2023.

"Kalau untuk keluarga yang penting gini aja, minta dituntaskan pelaku siapa yang sebenarnya, dan minta pertanggungjawaban dari keluarganya (pelaku) dan tanggungjawab sekolah," ucap MY saat ditemui di kecamatan Sukaraja kabupaten Sukabumi.

Baca Juga: Heboh Ratusan Monyet Ekor Panjang Serbu Pemukiman Sukabumi: Pertanian Warga Gagal Panen

Saat ini pihak Polres Sukabumi Kota masih melakukan penyelidikan dan memeriksa sejumlah saksi untuk mengungkap kematian MHD.***

Editor: Manaf Muhammad

Sumber: Media Pakuan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x