Waspada Jangan Terlena, 5 Perkara Menyebabkan Amal Baik Terhapus: Hindari Sekarang!

- 13 Oktober 2022, 19:05 WIB
ilustrasi amalan yang dapat habis karena perbuatan ini
ilustrasi amalan yang dapat habis karena perbuatan ini /Pexels.com/Thirdman/
 
MEDIA PAKUAN - Amal baik yang telah kita lakukan bisa saja terhapus tanpa sisa jika kita melakukan beberapa hal yang dilarang Allah SWT.
 
Berikut ini beberapa perkara yang harus dihindari karena akan menyebabkan amal baik terhapus.
 
1. Syirik besar atau kafir
 
Perbuatan pertama yang dapat menghapus pahala adalah syirik besar atau kafir.
 
Syirik besar merupakan perbuatan yang mengambil tandingan selain Allah SWT dan menyamakannya dengan Sang Pencipta.
 
Beberapa contoh perbuatan syirik besar adalah bernadzar pada selain Allah SWT.
 
Thawaf keliling kubur dan berdoa meminta pada penghuni kubur.
 
 
Selain itu, meminta perlindungan pada selain Allah, dan bertawakkal padanya merupakan contoh kafir.
 
Kesyirikan besar merupakan bentuk kezaliman besar dan penghinaan terhadap Allah SWT. Dengan melakukan hal tersebut, sama artinya menyamakan derajat Allah dan makhluk-Nya.
 
Balasan yang setimpal dengan perilaku ini adalah terhapusnya semua pahala amalan kebaikan.
 
Selain itu, Allah SWT tidak akan memberikan ampun bila seorang manusia mati dalam keadaan berbuat syirik dan belum bertaubat darinya. Hal ini disampaikan dalam Alquran, QS Al-An’am ayat 88:
 
 
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
 
“Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
 
2. Syirik kecil atau Riya.
 
Perbuatan berikutnya yang dapat menghapus pahala adalah syirik kecil atau riya. Riya artinya memperlihatkan sekaligus memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain.
 
Perbuatan ini pasti menghapus amalan yang telah dilakukan karena tujuannya yang tidak tulus, ingin dipuji oleh orang yang melihat atau mendengarnya.
 
3. Ujub, membangga-banggakan amal.
 
 
Ujub merupakan perilaku mengagumi diri sendiri dan senantiasa membanggakan diri karena merasa memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Perbuatan seperti ini jelas tidak baik dan dapat menghapus pahala seseorang.
 
Ibnul Mubarak pernah berkata, "Aku tidak mengetahui pada orang-orang yang shalat perkara yang lebih buruk daripada ujub."
 
4. Mengungkit amalan.
 
Ketika seorang Muslim melakukan ibadah atau perbuatan baik dalam hidup, ikhlas merupakan pondasi yang harus terus dimiliki. Rasa ikhlas juga harus dijaga ketika sedang berinfak atau bersedekah. 
 
Dalam QS Al-Baqarah ayat 262, Allah SWT berfirman:
 
 
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى ۙ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
 
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allâh, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
 
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian". (QS. Al Baqarah ayat 264)
 
 
5. Menyakiti perasaan seseorang.
 
Menyakiti perasaan seseorang bisa menjadi salah satu faktor hilangnya pahala seorang Muslim. Hal ini juga disampaikan Allah SWT dalam QS Al-Baqarah ayat 264 di atas.
 
Selain itu, dalam QS AL-Baqarah ayat 263 disebutkan tentang perbuatan yang lebih baik dari sedekah adalah perkataan yang baik atau memberi maaf. Lengkapnya surat tersebut berbunyi :
 
قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى
 
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti."
 
 
Dalam HR Tirmidzi, Rasulullah SAW pernah bersabda:
 
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ:...  إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ.
 
"Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada Hari Kiamat dengan banyak pahala shalat, puasa, zakat, dan haji.
 
Tapi di sisi lain, ia juga mencaci orang, menyakiti orang, memakan harta orang (secara batil/zalim), menumpahkan darah, dan memukul orang lain.
 
 
Ia kemudian diadili dengan cara membagi-bagikan pahalanya kepada orang yang pernah dizaliminya.
 
Ketika telah habis pahalanya, sementara masih ada yang menuntutnya maka dosa orang yang menuntutnya diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun dilemparkan ke dalam neraka".
 
Wallahu 'alam bish shawab.***
 
 
 
 

Editor: Ahmad R

Sumber: Media Pakuan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x