MEDIA PAKUAN - Pimpinan agung Korea Utara, Kim Jong-un menawarkan permintaan maaf kepada Korea Selatan.
Hal ini dimaksudkan untuk mereda konflik yang terjadi atas terbunuhnya pejabat tinggi Korsel ditangan Korut.
Sebelumnya pejabat Korsel dikabarkan tewas dan dibakar oleh tentara perbatasan Korut pada Senin, 21 September 2020.
Baca Juga: Masih Bingung Apa Itu Deals Sekitarmu ShopeePay? Simak Tips & Triknya
Kim Jong-un mengatakan bahwa ia sangat menyesal dan kecewa atas apa yang menimpa pejabat korsel yang terbunuh ditangan tentaranya.
Ia juga menambahkan, kasus yang tidak mengenakan ini seharusnya tidak terjadi ditengah pandemi Covid ini.
Pada waktu yang sama, Korea Utara sedang melakuakan investigasi mandiri kepada semua orang yang berkaitan dengan kasus ini.
Baca Juga: Diduga Menculik hingga Membakar Salah Satu Pejabatnya, Korsel Mengutuk Korut atas Perbuatannya
Dilansir Media Pakuan dari The Korea Times.
Direktur keamanan nasional Korea Utara, Suh Hoon mengatakan, pria "tak dikenal" itu melintasi perbatasan laut barat tanpa izin dan tidak menanggapi ketika akan diperiksa.
Melihat respon tersebut, tentara perbatasan Korea Utara menembakan dua peluru kosong untuk memberikan peringatan. Namun, bukannya kooperatif "pria" tersebut malah berusaha melarikan diri.
Baca Juga: Ada Boy Band Korea, Inilah Daftar Bintang Tamu Spesial yang Bakal Hadir di ITA 2020
Mereka kemudian melepaskan lebih dari 10 tembakan pada jarak 40-50 meter ke arah "pria" tersebut.
Setelah menembak, mereka mencari pria tersebut tetapi hanya menemukan benda-benda lainnya dan bukan tubuh, klaim Suh Hoon.
Mereka membakar benda-benda tersebut sesuai dengan pedoman darurat negara untuk pencegahan COVID-19, tambahnya.
Baca Juga: Tetesan 'Bernoda Darah' Michael Jackson dilelang oleh Sepupunya Seharga harga $ 2.500
Keterangan tersebut bertentangan dengan pernyataan Kepala Staf Gabungan Korsel, Ia mengatakan bahwa Korut telah membakar tubuhnya untuk menghilangkan barang bukti.
Kim Jong-un mengatakan, apa yang seharusnya tidak terjadi telah terjadi" dan menginstruksikan pasukan untuk membentuk sistem untuk mencatat seluruh proses kegiatan keamanan perbatasan laut agar tidak memicu "kesalahan kecil atau kesalahpahaman besar" selama tindakan keras tersebut.*** Adi.