MEDIA PAKUAN - Hujan lebat dan banjir bandang di Provinsi Kivu Selatan Republik Demokratik Kongo timur, menewaskan ratusan orang dan puluhan dilaporkan hilang.
Gubernur Kivu Selatan Theo Ngwabidje Kasi mengatakan beberapa desa yang terletak di sebelah barat Danau Kivu, terendam oleh sungai yang meluap setelah hujan lebat, menyebabkan 176 orang tewas dan banyak yang dilaporkan hilang.
Sementara itu Al Jazeera melaporkan, relawan masyarakat setempat Kasole Martin mengatakan bahwa pihaknya telah menemukan 227 mayat setelah banjir terjadi.
“Orang-orang tidur di tempat terbuka. Sekolah dan rumah sakit tersapu bersih,” kata Martin.
Sehari setelahnya, pada Jumat Reuters melaporkan bangunan dan rumah-rumah terlihat telah hancur dan tenggelam dalam lumpur yang tebal.
Baca Juga: Gempa Guncang Ishikawa Jepang Tewaskan Seorang Pria dan Puluhan Terluka: Masih Akan Berlanjut
At least 176 people have died in flash floods in eastern Democratic Republic of Congo after heavy rain destroyed buildings https://t.co/gUHr1ClNX0 pic.twitter.com/nE0Yo2Jp3a— Reuters (@Reuters) May 6, 2023
Korban tewas terbanyak dilaporkan di Desa Chabondo yang mencapai lebih dari 90 orang, 31 orang di Desa Bushungu, dan 45 orang di Desa Nyamukubi.
Bulan lalu sedikitnya 21 orang tewas dan beberapa dilaporkan hilang sehari setelah tanah longsor di provinsi Kivu Utara.
Menurut PBB insiden yang sama di wilayah itu juga pernah terjadi pada Oktober 2014, dimana hujan deras dan banjir menghancurkan lebih dari 700 rumah dan 130 orang dinyatakan hilang
Banjir mematikan di Kongo Timur terjadi setelah bencana mematikan yang juga menewaskan sedikitnya 127 orang minggu ini setelah hujan deras di negara tetangganya Rwanda, yang terletak di sisi lain Danau Kivu.
Banjir memperparah krisis kemanusiaan di Kongo Timur yang saat ini masih terjadi kekerasan yang dilakukan oleh sedikitnya 122 kelompok pemberontak.
Dewan Pengungsi Norwegia melaporkan selama 25 tahun kekerasan berlangsung, lebih dari 5,5 juta pengungsi di dalam negeri, yang menjadi jumlah tertinggi ketiga di dunia.
Sementara itu satu juta warga lainnya juga telah meninggalkan negara itu.
Kelaparan dan kerawanan pangan di Kongo pernah tercatat sebagai yang tertinggi yang mempengaruhi 27 juta orang atau sepertiga populasi negara itu.