MEDIA PAKUAN - Pertempuran berdarah antara negara Armenia dan Azerbaijan timbulkan korban jiwa hingga ratusan.
Pertempuran meletus ketika pemberontakan atas wilayah Nagorny Karabakh berkecamuk.
Kedua negara menolak untuk berdamai dan menghiraukan seruan internasional untuk bernegosiasi pada Rabu, 30 September 2020.
Baca Juga: Kelola Keuanganmu di Usia 20-an Agar Tetap Aman Habis Gajian
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Emmanuel Macron dari Perancis mengatakan, mereka siap untuk meningkatkan upaya diplomatik untuk membantu menyelesaikan konflik.
"Vladimir Putin dan Emmanuel Macron meminta pihak yang bertikai untuk menghentikan tembakan sepenuhnya dan secepat mungkin, mengurangi ketegangan dan menunjukkan pengendalian maksimum," kata Kremlin, dikutip dari AFP pada 1 oktober 2020.
Mereka juga menyerukan bahwa kedua negara ini harus berhenti perang dan segera berdamai.
Baca Juga: Perang Politik di AS Membuat Kurs Rupiah Menguat Tajam
Pasukan Armenia dan Azerbaijan terlibat dalam pertempuran terberat selama bertahun-tahun di Karabakh, provinsi etnis Armenia.
Karabakh yang memisahkan diri dari Azerbaijan pada 1990-an ketika Uni Soviet runtuh.
Armenia dan Azerbaijan telah engabaikan tekanan internasional yang meningkat untuk gencatan senjata.
Hal ini dapat memicukan kekhawatiran konflik dan dapt menimbulkan perang habis-habisan diantara keduanya.
Baca Juga: Pasca G30S Pembantaian 7 Jendral Berubah Menjadi Pemusnahan PKI
Di ibu kota Armenia, Yerevan, puluhan pria berkumpul di luar kantor perekrutan untuk bergabung dalam pertempuran.
"Kita harus bertindak untuk mempertahankan tanah air kita dari penyerang,"
"Ini tanah kami. Kami akan mati sebelum meninggalkannya." kata Kamo, seorang pekerja pabrik berusia 32 tahun.***