Jelang Pilkada Serentak: Banyak Politisi Tidak Menyadari Nikmat Allah, Begini Bahayanya

- 16 Juli 2024, 12:55 WIB
Jelang Pilkada Serentak: Banyak Politisi Tidak Menyadari Nikmat Allah, Begini Bahayanya
Jelang Pilkada Serentak: Banyak Politisi Tidak Menyadari Nikmat Allah, Begini Bahayanya //Pixabay/

MEDIA PAKUAN - Secara etimologi kata “politik” masih berhubungan dengan policy (kebijakan). Sehingga Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.

Rasulullah SAWsendiri menggunakan kata politik (siyasah) dalam sabdanya : “Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi(tasusuhumul anbiya).

Ketika seorang nabi wafat, nabi yang lain datang menggantinya. Tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para khalifah”.Teranglah bahwa politik atau siyasah itu makna awalnya adalah mengurusi urusan masyarakat.

Berkecimpung dalam politik berarti memperhatikan kondisi kaum muslimin dengan cara menghilangkan kezhaliman penguasa pada kaum muslimin dan melenyapkan kejahatan musuh kafir dari mereka.

Untuk itu perlu mengetahui apa yang dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi urusan kaum muslimin, mengingkari keburukannya, menasihati pemimpin yang mendurhakai rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi kekufuran yang nyata (kufran bawahan) seperti ditegaskan dalam banyak haditsterkenal.

Baca Juga: Jangan Dianggap Sebelah Mata? Ini Doa Sehari-hari Mohon Rahmat dan Kebaikan Allah: Simak Doa Apa Saja?

Imam Jafar Shadiq as, Imam Keenam Syiah berkata, berbahagialah mereka yang tidak menukar nikmat Allah SWT, dengan kufur nikmat, dan berbahagialah mereka yang mencintai sesama karena Allah SWT.

Masalah penggunaan secara benar nikmat-nikmat Allah SWT, adalah masalah yang sangat penting, dan dapat membentuk jalan hidup seseorang serta masyarakat.

Imam Jafar Shadiq as berkata,

عَن أَبِی عَبدِاللهِ جَعفَرِ بنِ مُحَمَّدٍ (عَلَیهِمَا السَّلَامُ) قَالَ: طُوبىٰ لِمَن لَم یُبَدِّل نِعمَةَ اللهِ کُفراً طُوبىٰ لِلمُتَحابّین فِی الله

Berbahagialah orang yang tidak menukar nikmat Allah SWT dengan kufur nikmat, dan berbahagialah orang-orang yang mencintai sesama karena Allah SWT.

Di bawah ini akan dibahas secara singkat tentang penafsiran hadis tersebut,

طُوبىٰ لِمَن لَم یُبَدِّل نِعمَةَ اللهِ کُفراً

Masalah ini sangat penting yaitu menukar nikmat Allah SWT dengan kekufuran, perbuatan orang-orang kafir, dan kufur yang tercantum dalam Al Quran, Surah Ibrahiam ayat 28-29,

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَتَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ‎﴿٢٨﴾‏ جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا ۖ وَبِئْسَ الْقَرَارُ ‎﴿٢٩﴾‏

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? aitu neraka jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.

Terkadang Allah SWT memberikan nikmat kepada manusia seperti nikmat bayan atau "kemampuan menjelaskan". Nikmat ini dapat digunakan untuk menyebarluaskan ajaran Ilahi, dan akhlak, atau bisa juga digunakan bertolak belakang dengan ini.

Nikmat Allah SWT ini jika digunakan untuk perbuatan yang bertolak belakang dengan perintah Allah SWT, maka pelakunya telah kufur nikmat, dan mengubah nikmat Allah SWT menjadi kekufuran.

Katakanlah harta dunia adalah nikmat. Harta dunia adalah nikmat yang diberikan Allah SWT kepada sebagian orang. Nikmat ini dapat digunakan untuk memperoleh derajat spiritual yang tinggi misalnya dengan sedekah, infak, atau menyelamatkan orang dari kesusahan, kebinasaan, dan kepalaran.

Pada saat yang sama, nikmat ini juga bisa digunakan untuk tujuan sebaliknya, misalnya digunakan untuk perbuatan maksiat, untuk melakukan perbuatan haram, dan merusak diri sendiri dan orang lain. Ini adalah kufur nikmat Ilahi.

Baca Juga: Olahan Berbau Tapi Nikmat, 5 Menu Pete Gugah Selera Makan Siang: Santapan Bersama Keluarga, Coba Yuk!

Kekuatan dan kemampuan mengelola serta memikul tanggung jawab berbagai jabatan juga adalah nikmat. Ketika Allah SWT memberikan kekuatan kepada seseorang untuk menciptakan jalan, mengubah jalan, dan meluruskan jalan, ini adalah nikmat.

Lalu bagaimana kita menggunakan nikmat ini? Jika nikmat ini digunakan untuk melayani rakyat, dan membimbing masyarakat ke jalan yang benar, tentu saja ini adalah bentuk syukur nikmat. Tapi jika tidak digunakan untuk hal-hal semacam ini, maka itu adalah kufur nikmat.

Terkadang kufur nikmat ini sedemikian parah hingga tidak bisa untuk diperbaiki. Misalnya terkait sebuah negara, sebuah bangsa, sebuah kaum, sebuah gerakan melawan imperialis, Amerika Serikat, dan negara-negara arogan lain.

Sejumlah orang diangkat menjadi pejabat pemerintah negara itu, diberi wewenang untuk mengelola negara, diberi kesempatan mengelola negara, tapi mereka menyia-nyiakan kesempatan ini atau tidak memanfaatkannya dengan baik.

Mereka menggunakan kesempatan ini untuk tujuan yang bertolak belakang dengan kepentingan rakyat dan negara, membuat masyarakat tersungkur ke tanah. Mereka sendiri membuat dirinya kesusahan, dan membawa masyarakat kepada kesusahan. Ini tidak lain adalah,

اَلَم تَرَ اِلَی الُّذینَ بَدَّلوا نِعمَتَ اللهِ کُفرا
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran.

طُوبىٰ لِلمُتَحابّین فِی الله

Kelanjutan hadis mengatakan, berbahagialah mereka yang kecintaan mereka tergantung pada ridha Allah SWT, karena Allah SWT. متحابّین بالله atau فی الله artinya seperti di atas, yaitu kecintaannya karena Allah SWT. Mencintai orang karena Allah SWT, membenci orang karena Allah SWT.***

Halaman:

Editor: Popi Siti Sopiah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Berita Pilgub