عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ – رواه مسلم
“Dari Abu Hurairah, sesunguhnya Rasulullah ﷺ bersabda, “Apakah kalian mengetahui apa ghibah itu?” Para shababat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau mengatakan, “Ghibah itu adalah bercerita tentang saudara kalian apa-apa yang tidak ia sukai.” Rasul bersabda, “Bagaimana menurut kalian kalau yang direcitakan itu benar-benar nyata apa adanya? Maka inilah yang disebut ghibah, dan apabila apa yang kalian ceritakan tidak nyata, maka berarti kalian telah membuat kedustaan (fitnah) kepadanya.”
Ada sejumlah contoh sikap tajassus dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja? Berikut pemaparannya.
1. Mencari kesalahan tetangga untuk dibicarakan ke orang lain
2. Tidak percaya kepada teman dan mencari-cari kesalahannya
3. Seorang istri memata-matai ponsel suaminya karena curiga diselingkuhi
Meski identik dengan konotasi negatif, ada juga sejumlah perbuatan tajassus yang diperbolehkan dalam agama karena bertujuan baik, antara lain sebagai berikut:
1. Polisi yang menyelidiki kasus pencurian, perampokan, dan kejahatan lainnya
2. Mengetes kejujuran seorang murid saat mengerjakan ujian
3. Menyelidiki musuh-musuh Islam dengan mengirim mata-mata.***