Kisah Tentara Soviet, Merebus Peluru Saat Perang di Afganistan: Menjual Dipasarkan Gelap Afganistan

- 22 Juli 2022, 07:25 WIB
Ilustrasi peluru tajam senjata api. Tentara Soviet merebus peluru dan senjata sebelum dijual dipasar gelap Afganistan
Ilustrasi peluru tajam senjata api. Tentara Soviet merebus peluru dan senjata sebelum dijual dipasar gelap Afganistan /Pixabay/Republica/
 
MEDIA PAKUAN - Sebuah kisah tentara Soviet di Afganistan tersebar luas, para tentara percaya amunisi yang direbus selama beberapa jam akan membuatnya gagal ketika digunakan.
 
Merebus amunisi dalam air mendidih dengan waktu yang lama dipercayai akan merusak amunisi. Sehingga senapan  memuntahkan peluru yang tidak mematikan atau gagal menembak sama sekali.

Resepnya sangat sederhana  buat api, kemudian rebus air di wadah logam, dan masukkan amunisi ke dalam air mendidih selama empat hingga lima jam. 
 
 
Air diketahui tidak akan mengakibatkan amunisi meledak, sementara paparan suhu tinggi yang lama diyakini dapat merusak amunisi tanpa mengubah bentuk peluru.
 
Bagi sebagian orang, kehadiran Soviet di Afghanistan adalah sebuah tragedi, tetapi yang lain melihat perang sebagai peluang bisnis. 
 
Pemerintah Soviet menghabiskan banyak uang untuk memasok pasukannya dan sementara  itu segelintir orang menggunakan kesempatan untuk mencari keuntungan melalui penggelapan dan penyelewengan.
 
Baca Juga: Hanya Minimal Lulusan SMA SMK, Bisa Ikut Lowongan Kerja BNN Juli 2022 Terbaru, Ini Syaratnya

Sejarawan perang Mikhail Zhirokov dalam sebuah buku tentang kehadiran Soviet di Afghanistan.
 
Dianmenyebutkan tentara menjual semua yang bisa mereka jual di pasar baik amunisi militer, makanan hingga selimut dan seprai.
 
Bagi  perwira korup yang mengendalikan aliran barang Soviet ke Afghanistan, ini adalah peluang bisnis.
 
 
Zhikorov menuliskan 1986 lalu,  persediaan makanan tentara yang strategis dikirim ke Afghanistan. Hanya sebagian saja yang mencapai tentara.
 
Sebagian besar berakhir di pasar Afghanistan. Daging kaleng, Ham Polandia dan Hungaria, kacang hijau, minyak bunga matahari, lemak majemuk, susu kental, teh dan rokok.
 
"Aegala sesuatu yang tidak mencapai tentara Soviet yang lapar dijual ke pedagang Afghanistan,”  tulisnya.
 
 
"Sementara perwira yang tidak bermoral mendapatkan uang kotor, pangkat. Smentara para tentara dibawahnya tidak hanya mempertaruhkan hidup mereka setiap hari, tetapi juga kekurangan pasokan dan sering kekurangan makanan," tambahnya.
 
Para prajurit harus bertindak untuk memenuhi kebutuhan uang untuk membeli makanan, pakaian, dan barang-barang lainnya dari pedagang Afghanistan setempat.

Satu-satunya yang bisa ditawarkan adalah amunisi mereka yang jumlahnya besar. 
 
 
Di masa perang, hampir tidak mungkin untuk melacak peluru, apakah itu digunakan dalam pertempuran atau disalahgunakan.
 
Untuk tentara yang telah ditipu secara tidak adil, perdagangan amunisi adalah penyelamat nyawa mereka.
 
Semua orang mengetahui kemana para pedagang menjual amunisi ini, amunisi Soviet berakhir di para mujahidin Afghanistan yang berperang melawan pemerintah Afghanistan yang didukung Soviet.
 
 
Tentara Soviet di Afghanistan kebanyakan memiliki dua senapan Kalashnikov: AMK, yang menggunakan peluru kaliber 7,62 dan AK-74, yang menggunakan peluru kaliber 5,45.

Meskipun kedua jenis peluru tersebut direbus sebelum dijual ke Afghanistan, namun karena bahan yang dipakai untuk merakitnya,  tidak berpengaruh pada amunisi modern.

Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, merkuri fulminat digunakan sebagai bahan primer untuk menyalakan propelan. 
 
 
Ketika peluru dipanaskan pada suhu sekitar 100 ° C, bahan kimia merkuri fulminat mengalami proses dekomposisi termal, dan akan gagal berfungsi setelah direbus selama beberapa jam.
 
Namun awal abad ke-20, senyawa baru modern pengganti merkuri fulminat digunakan, dan tahan terhadap paparan termal. 
 
Peluru modern menembak dengan sempurna, bahkan jika sudah direbus selama berjam-jam. Diproduksi di Uni Soviet selama Perang Afghanistan, upaya tentara Soviet ini menjadi sia-sia.
 
 
Namun mereka melakukan segala yang mereka bisa untuk bertahan hidup. *** 

Editor: Ahmad R

Sumber: https://id.rbth.com/sejarah/85213-merebus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x