Lirik China, Kebijakan Luar Negeri Perancis Berubah: Uni Eropa Pecah Parlemen AS Marah

- 15 April 2023, 00:07 WIB
Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berbincang di Aula Besar Rakyat, di Beijing, Cina, 6 April 2023.
Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berbincang di Aula Besar Rakyat, di Beijing, Cina, 6 April 2023. /REUTERS/Gonzalo Fuentes

MEDIA PAKUAN - Hubungan Perancis, AS dan negara Uni Eropa memanas setelah Presiden Perancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa Eropa harus merdeka dari kebijakan luar negeri AS.


Dalam sebuah wawancara Minggu 9 April 2023, setelah kunjungannya ke China, Macron menyerukan kebijakan luar negeri otonomi strategis UE yang independen, dengan mengurangi ketergantungan AS dan menghindari menjadi pengikut agenda AS.


Pernyataan Macron yang kontroversial dan dianggap berani setelah melirik China ini, juga mendapatkan dukungan dari para politisi Eropa, membuat parlemen AS marah dan menimbulkan perpecahan di Uni Eropa.


Macron menyadari bahwa Eropa tidak dapat menyelesaikan krisis di Ukraina, lalu menyebut resiko yang sama jika terseret dalam konfrontasi AS dan China di Taiwan.


Anggota parlemen AS, Senator Florida Marco Rubio mengatakan “Jika Macron berbicara untuk seluruh Eropa, dan posisi mereka tidak akan memihak antara AS dan China di Taiwan, mungkin kita juga tidak boleh memihak," katanya.


Menurutnya pernyataan Macron dengan kata lain bahwa AS harus sendirian menghadapi ancaman China, dan Eropa fokus pada urusam Ukraina.


"Setelah AS melakukan banyak hal untuk Eropa, dimana Macron memohon kepada Washington untuk menurunkan harga ekspor gas, karena Eropa saat ini bergantung pada gas AS, untuk menggantikan gas Rusia," tegasnya.


Macron juga memohon Washington untuk mempertimbangkan kembali dampak Undang-Undang Pengurangan Inflasi proteksionis Biden terhadap industri Eropa, yang memperburuk perekonomian Eropa.


Senator Arkansas Tom Cotton mengecam langkah Macron, yang dinilai mempunyai tujuan lebih jauh, daripada sekedar mengungkapkan ketidaktertarikannya untuk terseret ke dalam konflik baru yang dipimpin AS atas Taiwan.


Sementara itu Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki, 13 April 2023,  juga mengecam pernyataan Macron, mengklaim bahwa gagasan otonomi strategis UE yang dimaksud Macron adalah menggeser ekonomi Eropa ke China dan memutuskan hubungan dengan AS.


“ Secara picik mereka melihat ke China, agar produk Eropa di jual di sana dengan biaya geopolitik yang besar, membuat kita semakin bergantung pada China, itu berarti secara de facto menembak lutut kita sendiri,” ungkapnya.


Ia mendesak untuk membatasi perdagangan internasional yang mengatas namakan kepentingan geostrategis dan ideologis.


Menurutnya dengan mengalihkan industri strategis ke negara-negara tertentu, berarti memberikan lebih banyak jenis senjata kepada mereka yang mungkin akan digunakan untuk melawan dunia bebas.

Sementara itu Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban. Jumat 14 April 2023, menyambut positif pernyataan Macron.

“Presiden Perancis sedang mencari mitra potensial dan bukan musuh, yang mirip dengan posisi Hungaria, kita harus mulai dari kepentingan kita sendiri, bukan kepentingan orang lain," kata Orban.

Ia mengaris bawahi bahwa kepentingan kebijakan luar negeri AS tidak sama dengan kepentingan Eropa.


Setelah pertemuan di China, Macron dan Xi Jinping menyepakati penjualan 160 jet komersial baru ke China, yang berarti Paris telah menyingkirkan perusahaan Boeing AS, sebagai saingan perdagangan global terbesarnya.


Kesepakatan tersebut menandai peningkatan produksi dan pendapatan multinasional Perancis, yang juga merubah arah kebijakan luar negeri Perancis.***

 

Editor: M Hilman Hudori

Sumber: RT


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x