Sulitnya Mencari Pendamping Hidup, Pria China Bisa Menjomlo Seumur Hidup

- 19 Mei 2022, 15:16 WIB
Sulitnya Mencari Pendamping Hidup, Pria China Bisa Menjomlo Seumur Hidup
Sulitnya Mencari Pendamping Hidup, Pria China Bisa Menjomlo Seumur Hidup /Ilustrasi /Via Pixabay

MEDIA PAKUAN - Negara tirai bambu ini dikenal sebagai negara terpadat. Namun, tak disangka walau padat tetapi ternyata di negara china para pria susah sekali mendapat jodoh.

Menurut data statistik populasi pria mencapai 701 juta orang, sementara perempuan hanya sekitar 667 juta.

Akibatnya banyak pria yang sulit mendapat jodoh atau mendapat pendamping alias menjomblo.

Melansir dari Channel News, salah satunya yang bernama Wan 28 tahun. Pencarian cintanya pun kerap berujung pada kekecewaan, penolakan, dan patah hati.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Hujan Deras, Kecelakaan Truk Kontainer di Tol Cipularang, Lalu Lintas Arah Jakarta Macet

“Tuntutan perempuan di China sangatlah tinggi. Ketika kamu beriniasitif mendekati mereka, mereka sering menolak berkencan,” keluh Wan

Wan pun kerap dijuluki sebagai pria yang ditinggal karena belum memiliki jodoh. Padahal, Wang, 28, memiliki gelar sarjana. Dia juga sudah memiliki pekerjaan tetap. Tapi, dia tidak diidolakan perempuan.

Ada ketakutan ketika Wan akan menjadi guang gun atau tanpa cabang yang berarti lelaki yang tidak memiliki pohon keluarga karena tidak memiliki keluarga.

Apa yang dialami Wan itu dikarenakan ada kesenjangan jumlah perempuan dan lelaki yang sangat lebar di China.

Baca Juga: Disuruh Majikan Layani 12 Orang, TKW Indonesia Ini Dapat Nasib Kurang Baik di Arab Saudi

Hal tersebut juga menjadi kesenjangan terbesar di dunia dengan perkiraan 118 pria dan 100 perempuan atau perbandingan rasio 105:100 antara pria dan perempuan. Sehingga menjadikan perempuan memiliki daya tawar yang tinggi.

Itu semua karena kebijakan satu anak yang diterapkan di China. Memang, kebijakan tersebut sudah diperbaharui hanya saja akibat kebijakan satu anak pada 1980 sekitar 37 juta anak perempuan hilang dan tewas.

Hal tersebut dianggap sebagai genosida terbesar pada abad itu. Orang tua China lebih suka memiliki anak lelaki dibandingkan perempuan.

Para pakar bahkan memperkirakan pada 2055, akan ada 30% jomblowan dibandingkn jomblowati.

Baca Juga: Indonesia Geser Singapura di Peringkat 4 Klasemen SEA Games

Meski demikian, pencabutan kebijakan satu anak bukan menyelesaikan masalah dalam jangka pendek.

Seperti diketahui, ketidakseimbangan jumlah pria dan wanita justru semakin parah terjadi di pedesaan. Kenapa? Banyak perempuan meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan dan suami di kota. Akibatnya, banyak jomblo di tinggal di desa.

Peluang itu memunculkan bisnis biro jodoh. Seperti Wang Luxi yang memulai bisnis biro jodoh sejak 17 tahun lalu.

“Ini adalah pekerjaan berat. Tingkat kesuksesannya kini semakin menurun sejak 2010,” terang Luxi. Dia mengatakan, dirinya memiliki klien yang ingin mencari menantu perempuan, tetapi sedikit yang mencari menantu laki-laki.***

Editor: Popi Siti Sopiah

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x