Hanya Beratapkan Terpal, Puluhan Ribu Orang Terpaksa Mengungsi ke Hutan Akibat Perang Baru Myanmar

17 Juni 2021, 15:32 WIB
Hanya Beratapkan Terpal, Puluhan Ribu Orang Terpaksa Mengungsi ke Hutan Akibat Perang Baru Myanmar /Reuters/

MEDIA PAKUAN - Ribuan orang terpaksa mengungsi ke hutan dan mendirikan kamp yang hanya beratapkan terpal plastik demi berlindung dari bentrok yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar.

Menurut orang-orang Myanmar yang melarikan diri dari pertempuran baru-baru ini, stok makanan menipis bahkan sudah terlihat tanda-tanda penyebaran penyakit.

"Beberapa anak menderita diare. Sulit mendapatkan air bersih di sini. Beberapa orang tidak sempat membawa nasi atau makanan," kata Foung, 26 tahun, dikutip Media Pakuan dari Reuters.

Baca Juga: Ramai-ramai Anti Junta Myanmar Tunjukan Solidaritas Etnis Rohingya, Bagaimana Nasib Aung San Suu Kyi?

"Kami berdoa," lanjutnya.

Menurut perkiraan PBB, sekitar 110 ribu orang telah mengungsi di Negara Bagian Kayah Myanmar akibat kekerasan yang terjadi baru-baru ini.

Selain itu, pengungsi di tempat lain bahkan memiliki jumlah total mencapai hampir 200 ribu orang sejak kudeta, di mana sejauh ini bentrok kudeta merupakan gerakan massa terbesar sejak eksodus tahun 2017 dari 700.000 Muslim Rohingya dalam menghadapi serangan tentara.

Junta mengatakan telah menandai lawan-lawannya sebagai teroris, termasuk Pasukan Pertahanan Rakyat seperti Pasukan Pertahanan Nasional Karenni yang baru dibentuk yang telah berperang di wilayah itu sejak bulan lalu, yang pada awalnya juga menimbulkan korban pada tentara.

Baca Juga: Indro Warkop Tampar Chef Juna? Mengaku Akan Adakan Ritual Khusus Juga Demi Mengangkatnya Jadi Life Member

Walaupun kelompok itu mengatakan akan melakukan gencatan senaja pada hari Selasa setelah seruan dari masyarakat, banyak dari mereka yang berlindung di hutan dan hanya sedikit yang menunjukan tanda kesiapan untuk mengambil risiko kembali ke rumah mereka.

"Beberapa orang dari desa-desa terpencil pulang ke rumah untuk mengambil karung beras dan barang-barang selama masa gencatan senjata, tetapi kebanyakan tidak berani tinggal," kata John Canaydy, dari sebuah desa dekat kota Demoso, yang merupakan pusat sebagian besar pertempuran.

Baca Juga: Dicurigai Sakit Parah Karena Tampil Kurus, Kim Jong Un Malah Umumkan Korea Utara Sedang Krisis Makanan

"Tinggal di kamp lebih aman daripada tinggal di rumah kita sendiri," kata Canaydy, yang termasuk dalam daftar buronan junta karena ambil bagian dalam protes anti-militer.

Sementara itu PBB mengakui belum bisa memberikan bantuan pada korban bentrok Myanmar karena akses yang terbatas. 

"Upaya telah bertemu dengan tantangan akses karena ketidakamanan dan hambatan," katanya.

Baca Juga: Maia Estianty Terkejut Raih Multiple Platinum Musik , 3 Diva Beri Apresiasi Ucapkan Syukur

Di samping itu beberapa penduduk yang terlantar mencoba menyelinap ke kota-kota dan desa-desa yang sepi di bawah naungan kegelapan untuk mencoba mendapatkan makanan untuk dibawa kembali ke hutan memnuhi kebutuhan sehari-hari mereka yang melarikan diri.

Selain itu, setidaknya tiga sukarelawan telah dibunuh oleh pasukan junta saat mencoba membawa bantuan, kata direktur Kelompok Hak Asasi Manusia Karenni, Banya Khung Aung.

"Sepertiga dari populasi sekarang berada di hutan," katanya, "Pengabaian bisa memakan banyak nyawa." lanjutnya. ***

Editor: Siti Andini

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler