Network
MEDIA PAKUAN - Kerap menghibur fans dengan keceriaan dan senyumannya, nyatanya V BTS tetap manusia biasa yang bisa merasakan kesedihan dan depresi.
V BTS mengaku pernah curhat ke ayahnya sambil menangis.
Saat itu V BTS curhat karena ingin menyerah akibat masa trainee yang dijalaninya terasa sangat sulit.
Baca Juga: Mengaku Runtuh, RM BTS Ceritakan Kondisinya dan Grup di Masa Kini
V BTS merasa tak bisa menjalani itu hingga akhirnya mengadu pada sang ayah diiringi tangisan kesedihan.
V menceritakan kisah pilunya ini saat tampil bersama BTS dalam program variety show "You Quiz on the Block".
Saat sesi individual, V BTS berbagi ceritanya pada pemirsa tentang kesulitan yang pernah ia hadapi sebelum debut.
Baca Juga: Kebiasaan BTS Memperlakukan Staf dan Pekerja Ini Disorot Setelah Adanya Pengakuan Lewat YouTube
Di awal V berbagi bahwa ketika trainee, ayahnya selalu datang setiap pekan dan menyempatkan waktu untuk bermain bersamanya.
"Ayahku datang setiap akhir pekan dan kami bermain bersama, dan kapan pun dia harus pergi, aku akan sangat sedih. Dengan hati yg muda, aku bahkan akan menangis dan menyuruhnya untuk tidak pergi." ungkap V.
Tanpa pengalaman dan harus menjalani masa trainee di sebuah agensi kecil, V BTS pun sempat merasa sangat kesulitan hingga nyaris menyerah.
Baca Juga: Berhati Emas, Rose BLACKPINK Beri Hadiah Mewah untuk Para Pekerja yang Telah Membantunya
Dalam keadaan tersulit ini, ia memilih mengadu pada sang ayah dengan tak bisa menahan air mata.
"Melihat betapa sulitnya kehidupan trainee, ada saat aku meneleponnya (ayah) sambil menangis dan berkata, "Aku ingin berhenti, ini terlalu sulit."" ujarnya.
Mengerti keadaan sang anak, ayah V pun tampak tidak memaksa dan menginginkan yang terbaik. Lebih dari itu, V BTS akhirnya memutuskan untuk berjuang kembali hingga bisa sampai di titik sukses saat ini."
Baca Juga: Penuh Hormat, BTS Beri Hadiah Spesial untuk Dua Host You Quiz On The Block
Tetapi ayah ku berkata "Jika itu terlalu sulit, tidak apa-apa, kamu bisa berhenti. Ada banyak pekerjaan berbeda di luar sana, jadi mari kita cari banyak untuk itu." Karena dia mengatakan itu, aku tidak bisa berkata-kata. Aku hanya malu dengan kata-kata itu sendiri. Seiring berjalannya waktu memikirkan kembali, kata-kata itu menjadi sangat menyentuhku." katanya. ***
