BRIN Lanjutkan Penelitian Naskah Kuno di Museum Prabu Siliwangi Sukabumi

- 24 Mei 2024, 07:50 WIB
Kepala Pusat Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN M Irfan Mahmud (kanan) bersama pendiri Museum Prabu Siliwangi KH Fajar Laksana (kiri).
Kepala Pusat Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN M Irfan Mahmud (kanan) bersama pendiri Museum Prabu Siliwangi KH Fajar Laksana (kiri). /Manaf Muhammad/Media Pakuan

Baca Juga: 40 Benda Koleksi Museum Prabu Siliwangi Sukabumi Jadi Objek Penelitian BRIN

"Mungkin untuk sementara bisa tetap menjadi media pendidikan ya. Tetapi masih perlu untuk kalau dalam konteks pencatatan literasi cagar budaya tidak bisa langsung ke situ. Tapi untuk sebagai alat peraga pendidikan koleksi itu bisa digunakan dengan menggunakan sumber pembanding untuk mengetahui mungkin tentang bagaimana transformasi kebudayaan dari periode prasejarah ke jaman Islam," tuturnya.

Di sisi lain, Museum Prabu Siliwangi menurutnya merupakan tempat yang representatif untuk implementasi kurikulum merdeka. Sebab, selain terintegrasi dengan Ponpes Dzikir Al Fath, di sana juga banyak diajarkan kearifan lokal seperti pencak silat dan pengobatan tradisional.

"Banyak kita lebih cenderung belajar tentang peradaban peradaban modern yang dari luar sementara pengetahuan lokal yang kita bisa lihat, etnomedisin (pengobatan tradisional) misalnya ada di sini. Tata kelola pertanian dan sebagainya, pupuk, siklus ekosistem lah," paparnya.

"Pengetahuan lokal kita banyak, tapi tidak banyak dari sekolah memberi perhatian terhadap itu. Saya kira dengan model ekosistem yang dibangun di pesantren ini bisa menjadi satu trigger yang bisa memicu orang orang belajar. Oh kita punya pengetahuan yang hebat baik dari pengetahuan lokal leluhur maupun pengetahuan Islam yang harus dipelajari," jelasnya.

Baca Juga: Sandiaga Uno Tertarik Luncurkan Seni Kaligrafi di Dunia NFT

Di tempat yang sama, pendiri Museum Prabu Siliwangi KH Fajar Laksana mengatakan, penelitian dari BRIN dapat membantu pihaknya dalam mengklasifikasi benda benda koleksi di museum.

"Bisa memberitahukan kepada siswa dan pengunjung bahwa di museum kita ini mewakili empat jaman. jadi nanti dikelompokkan batu ini jaman prasejarah, batu ini jaman peralihan prasejarah ke sejarah, batu ini jaman sejarah, batu ini jaman kontemporer modern," katanya.

Setelah diteliti BRIN, kini pihaknya tahu bahwa Museum Prabu Siliwangi terbagi menjadi empat era, yakni era prasejarah, era peralihan dari pra sejarah ke sejarah, era sejarah dan era kontemporer.

"Di museum ini ada batu megalitik tipe Hindu Budha yang sudah dinyatakan sah menjadi artefak. Tetapi ada juga arca yang peralihan dari prasejarah ke sejarah, dan ada arca yang sudah ada pada era sejarah, dan memang ada juga arca yang baru," pungkasnya.

Halaman:

Editor: Manaf Muhammad

Sumber: Media Pakuan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah