BRIN Lanjutkan Penelitian Naskah Kuno di Museum Prabu Siliwangi Sukabumi

24 Mei 2024, 07:50 WIB
Kepala Pusat Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN M Irfan Mahmud (kanan) bersama pendiri Museum Prabu Siliwangi KH Fajar Laksana (kiri). /Manaf Muhammad/Media Pakuan

MEDIA PAKUAN - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah meneliti lebih dari 40 benda koleksi di Museum Prabu Siliwangi, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi dari 6 hingga 7 Mei 2024.

Hasil dari penelitian tersebut dijelaskan oleh BRIN bahwa Museum Prabu Siliwangi menjadi tempat yang cocok untuk belajar sejarah era Kerajaan Pajajaran.

"Saya kira museum ini cukup representatif untuk belajar tentang sejarah Pajajaran jaman kerajaan Sunda," kata Kepala Pusat Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN, M Irfan Mahmud, Kamis 23 Mei 2024.

Pada sejumlah benda koleksi di Museum Prabu Siliwangi, menurutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi narasinya. Terlebih, benda koleksi yang ada di museum tersebut jumlahnya mencapai ratusan hingga ribuan.

Baca Juga: Kata BRIN Usai Meneliti Batu Prasasti Kujang di Museum Prabu Siliwangi Kota Sukabumi

"Memang perlu kolaborasi untuk memperkuat narasi koleksi ke depan. Pak kyai sudah membuka banyak kesempatan buat kita untuk berkolaborasi untuk itu," ucapnya.

"Jadi koleksi koleksi ini tentu akan dicoba oleh teman-teman untuk melihat konteks sejarahnya, konteks tradisinya, konteks arkeologinya terutama untuk narasi narasi yang bisa memberikan gambaran tentang perjalanan sejarah Pajajaran Sunda dari jaman prasejarah, hingga kolonial," tambahnya.

Dia menjelaskan, kesulitan yang dihadapi selama penelitian terletak pada kurangnya informasi mengenai sumber lokasi saat benda objek penelitian pertama kali ditemukan.

"Beberapa. Tidak semua yang kesulitan. Hanya karena informasi tentang lokasi sumbernya ada yang tidak diketahui padahal untuk memberi narasi sejarah kebudayaannya penting untuk mengetahui landscape kebudayaannya," cetusnya.

Baca Juga: 40 Benda Koleksi Museum Prabu Siliwangi Sukabumi Jadi Objek Penelitian BRIN

"Mungkin untuk sementara bisa tetap menjadi media pendidikan ya. Tetapi masih perlu untuk kalau dalam konteks pencatatan literasi cagar budaya tidak bisa langsung ke situ. Tapi untuk sebagai alat peraga pendidikan koleksi itu bisa digunakan dengan menggunakan sumber pembanding untuk mengetahui mungkin tentang bagaimana transformasi kebudayaan dari periode prasejarah ke jaman Islam," tuturnya.

Di sisi lain, Museum Prabu Siliwangi menurutnya merupakan tempat yang representatif untuk implementasi kurikulum merdeka. Sebab, selain terintegrasi dengan Ponpes Dzikir Al Fath, di sana juga banyak diajarkan kearifan lokal seperti pencak silat dan pengobatan tradisional.

"Banyak kita lebih cenderung belajar tentang peradaban peradaban modern yang dari luar sementara pengetahuan lokal yang kita bisa lihat, etnomedisin (pengobatan tradisional) misalnya ada di sini. Tata kelola pertanian dan sebagainya, pupuk, siklus ekosistem lah," paparnya.

"Pengetahuan lokal kita banyak, tapi tidak banyak dari sekolah memberi perhatian terhadap itu. Saya kira dengan model ekosistem yang dibangun di pesantren ini bisa menjadi satu trigger yang bisa memicu orang orang belajar. Oh kita punya pengetahuan yang hebat baik dari pengetahuan lokal leluhur maupun pengetahuan Islam yang harus dipelajari," jelasnya.

Baca Juga: Sandiaga Uno Tertarik Luncurkan Seni Kaligrafi di Dunia NFT

Di tempat yang sama, pendiri Museum Prabu Siliwangi KH Fajar Laksana mengatakan, penelitian dari BRIN dapat membantu pihaknya dalam mengklasifikasi benda benda koleksi di museum.

"Bisa memberitahukan kepada siswa dan pengunjung bahwa di museum kita ini mewakili empat jaman. jadi nanti dikelompokkan batu ini jaman prasejarah, batu ini jaman peralihan prasejarah ke sejarah, batu ini jaman sejarah, batu ini jaman kontemporer modern," katanya.

Setelah diteliti BRIN, kini pihaknya tahu bahwa Museum Prabu Siliwangi terbagi menjadi empat era, yakni era prasejarah, era peralihan dari pra sejarah ke sejarah, era sejarah dan era kontemporer.

"Di museum ini ada batu megalitik tipe Hindu Budha yang sudah dinyatakan sah menjadi artefak. Tetapi ada juga arca yang peralihan dari prasejarah ke sejarah, dan ada arca yang sudah ada pada era sejarah, dan memang ada juga arca yang baru," pungkasnya.

Baca Juga: Cekcok Berujung Duel, Pemuda Sukabumi Dilarikan ke Rumah Sakit Gegara Disabet Sajam

"Sehingga kemudian dengan adanya penelitian ini kita bisa memberitahukan kepada seluruh pengunjung ini loh bentuk yang kontemporer produk baru yang bergaya lama. Tetapi ada juga produk asli yang dari jaman dulu sehingga Alhamdulillah di museum ini empat era itu lengkap ada di sini," ujarnya.

Hasil dari penelitian ini akan dilaporkan kepada pemerintah apakah ada yang akan dijadikan objek cagar budaya. Selanjutnya, arkeolog dari BRIN juga akan meneliti benda koleksi lainnya dari era kolonial dan naskah kuno berbahasa ibrani, kibti dan lainnya.

"Ada tiga orang tenaga ahli untuk naskah naskah kuno dan benda-benda jaman kolonial. Karena di museum banyak benda-benda kolonial peninggalan Belanda dan naskah naskah kuno yang akan segera kita teliti," ungkapnya.

"Naskah kunonya sangat luas termasuk naskah Islam seperti kitab Zabur bahasa qibti (Mesir kuno), kitab Injil Barnabas kemudian tulisan tulisan Mesir kuno, tulisan tulisan Suryani, Ibrani jadi bukan di Indonesia," tandasnya.***

Editor: Manaf Muhammad

Sumber: Media Pakuan

Tags

Terkini

Terpopuler