MEDIA PAKUAN - Bagi para pecinta tinju profesional, Michael Gerard Tyson atau populer sebagai Mike Tyson tentu bukan nama yang asing.
Ya, pria kelahiran New York 30 Juni 1966 ini pernah menyandang predikat sebagai petinju nomor wahid yang tersohor karena pukulannya yang kerap membuat lawan jatuh KO hanya dalam waktu singkat.
Kehebatan bobot pukulannya tersebut menjadikannya sebagai petinju yang sangat ditakuti.
Baca Juga: Gegara Courtois Salah Umpan, Real Madrid Akhirnya Dipecundangi Alaves
Baca Juga: Akankah Sergio Ramos Bertahan Di Real Madrid Atau Tidak?
Bukan hanya pukulannya saja, Mike Tyson juga dikenal memiliki pertahanan tubuh yang sangat kokoh. Kekuatan itu terletak pada lehernya.
Meski wajahnya terkena pukulan, namun Tyson sulit sekali dirobohkan. Tak heran jika dia dijuluki si leher beton.
Kesuksesan Mike Tyson sebagai petinju dunia tentunya tidak udiraih seorang diri. Ada sosok hebat dibalik kesuksesannya.
Baca Juga: Habiskan Banyak Dana, Mourinho Sebut Perjalanan Chelsea Tidak Mudah Rebut Juara
Baca Juga: Pertarungan Mike Tyson vs Roy Jones Jr 28 November 2020: Dua Legenda Petinju Saling Bertemu
Ia melatih dan mendampingi sejak Mike Tyson mengawali karirnya sebagai petinju amatir.
Debutnya sebagai petinju profesional dijalaninya pada tanggal 6 Maret 1985.
Tyson meraih kemenangan dalam pertandingan yang berlangsung di di Albany New York tersebut.
Baca Juga: Ulang Tahun ke-92 Persija Dapat Kado Istimewa
Kemudian tanggal 22 November 1986 Tyson mendapat kesempatan pertama untuk meraih gelar pada kelas berat WBC melawan Trevor Berbick.
Di usia 20 tahun, Tyson menjadi juara dunia kelas berat termuda di dunia.
Pada saat Tyson mendekati puncak karirnya dengan rekor kemenangan 11-0 sebagai petinju profesional, D'Amato menghembuskan nafas terakhirnya.***