Uighur Terancam Genosida, 70 Pimpinan Agama Kecam Tiongkok

- 9 Agustus 2020, 12:50 WIB
Aksi massa menentang tindakan kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan Tentara Tiongkok kepada muslim Uighur
Aksi massa menentang tindakan kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan Tentara Tiongkok kepada muslim Uighur /
 
 
MEDIA PAKUAN-Aksi kekerasan  hingga penghilangan ribuan nyawa warga Muslim Uighur dalam  berapa tahun terakhir ini,  menjadi sorotan dunia. Mereka mendesak perlakuan  kejam dari pemerintah Tiongkok.
 
Kendati adanya bukti berupa video yang diyakini sebagai penyiksaan selalu disangkal oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Tapi kamp konsentrasi 'reedukasi' menjadi tempat yang terlihat di video tersebut, diyakini benar adanya. 
 
Penangkapan RRT  membuat beberapa negara seperti Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap RRT. Dan kali ini,  giliran pemimpin agama yang bersuara. Mereka menentang tindakan dugaan 'genosida' terhadap Muslim Uighur.
 
Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari The Guardian, lebih dari 70 pimpinan agama di Inggris dari Muslim hingga Anglikan mendeklarasikan pernyataan bersama.
 
Mantan Uskup Agung Canterbury, Rowan Williams, menjadi pimpinan deklarasi pernyataan tersebut.
 
Pada deklarasi tersebut semua sepakat menganggap Muslim Uighur sedang menghadapi tragedi kemanusiaan yang terparah sejak Holocaust Yahudi oleh Nazi.
 
Penahanan paksa satu juta orang Uighur dan Muslim lainnya berpotensi menjadi genosida oleh pemerintah Tiongkok.
 
Pasalnya, mereka dilaporkan menjadi korban kelaparan, penyiksaan, pembunuhan, kejahatan seksual, kerja paksa, dan penjualan organ.
 
Deklarasi ini setidaknya ditandatangani lima Uskup Gereja Anglikan, Uskup Agung Koptik di London, Perwakilan Dalai Lama, para kardinal, imam, dan rabbi.
 
Mereka mengatakan penderitaan Muslim Uighur 'menjadi pertanyaan terbesar bagi komunitas internasional atas komitmennya terhadap perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) kepada semua orang'.
 
"Jelas-jelas Otoritas Tiongkok punya tujuan untuk menghapus identitas Uighur mereka," tegas para pemimpin agama dalam pernyataan tersebut.
 
"Media pemerintah Tiongkok telah menyatakan tujuan mereka adalah 'menghapus keturunan, merusak akar budaya, memutus hubungan, dan melupakan asal usul mereka'," lanjut mereka.
 
Aksi para pemimpin agama ini muncul sebagai respon terhadap penyangkalan Tiongkok yang berulang kali diumbar di publik Inggris.
 
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyatakan tudingan langsung terhadap Tiongkok atas 'pelanggaran HAM yang menjijikan dan mengerikan
 
Namun, Duta Besar Tiongkok untuk Inggris Liu Xiaoming menyebut semua bukti tuduhan pelanggaran HAM hanya berdasar pada video 'palsu'.
 
Dominic berjanji untuk memberlakukan sanksi terhadap Tiongkok yang tidak mau membuka diri pada petugas pengamat HAM dari PBB.
 
"Kami mau hubungan yang positif dengan Tiongkok, namun kami tak melihat sikap itu dan tidak bisa dikatakan seperti demikian," tegasnya.
 
Selain menandatangani deklarasi bersama, para pemimpin agama juga secara tegas menyatakan penindasan harus dihapuskan dari muka bumi.
 
"Setelah Holocaust, dunia berkata 'jangan pernah lagi'. Hari ini, kita ulangi frasa 'jangan pernah lagi', terus menerus," kata mereka dalam deklaras.***

Editor: Ahmad R

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x