Wah! Kabupaten Sukabumi Wilayah Paling Berpotensi Terpapar Bencana Alam.

- 15 Agustus 2020, 14:54 WIB
Gempa bumi di Kecamatan Parakansalak di Kabupaten Sukabumi
Gempa bumi di Kecamatan Parakansalak di Kabupaten Sukabumi /
 
 
MEDIA PAKUAN-Tingkat kerawanan bencana alam, Kabupaten Sukabumi merupakan satu dari empat daerah masuk kategori wilayah yang paling berpotensi terpapar bencana alam. Bahkan wilayah Kabupaten Sukabumi tidak hanya masuk kategori rawan di Jawa Barat. 
 
Tapi dari hasil  cetak biru Jabar Resilience Cukture Provinsi (JECP) yang akan segera  diluncurkan, ternyata merupakan daerah berpotensi paparan bencana tertinggi daerah se-Indonesia. 
 
Namun dalam  JRCP yang merupakan dokumen hidup, tidak hanya wilayah Kabupaten Sukabumi. Tapi  Kabupaten  Cianjur, Garut,  dan Kabupaten Tasikmalaya, merupakan daerah terancam berbagai bencana alam.
 
Ancaman bencana itu, bisa berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, tsunami, angin puting beliung, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, sampai kepada letusan gunung api.
 
JRCP akan terus melakukan serangkaian pengembangan. Dimulai dengan seminar international dokumen JRCP yang dibuka secara  umum dan berlangsung, Sabtu (22/8/2020) mendatang secara  online.
 
 
"Mengingat hal itu tentu saja pemerintah Jawa Barat sebagai regulator dan pengayom masyarakat tidak bisa memandang sebelah mata terhadap ancaman yang bisa terjadi sewaktu-waktu tersebut. Maka disusunlah JRCP," kata Kepala Seksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Ebet Nugraha. 
 
Selain itu, kata Ebet Nugraha  sebanyak 20 Kota dan Kabupaten Tergolong dalam kelas resiko tinggi. Seluruh masyarakat harus mengetahuinya untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan bencana benar benar terjadi. 
 
"Mengingat hal itu tentu saja pemerintah Jawa Barat sebagai regulator dan pengayom masyarakat tidak bisa memandang sebelah mata terhadap ancaman yang bisa terjadi sewaktu-waktu tersebut. Maka disusunlah JRCP," karannya. 
 
Perlu diketahui, kata Ebet Nugrana, cetak biru JRCP sebagai salah satu panduan untuk managemen risiko bencana yang dilakukan di Jawa Barat. Ini adalah dokumen hidup yang ditujukan untuk merestrukturisasi pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap bencana.
 
"Kami berharap diluncurkan  JRCB akan timbul kesadaran, pengatahuan, dan kemandirian dalam menghadapi potensi-potensi bencana yang akan terjadi," katanya. 
 
Sebagai koordinator tim adalah Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Jawa Barat, Dani Noor Badriansyah, S.T., M.T. Sementara anggota tim terdiri dari para kepala seksi BPBD Provinsi Jawa Barat, para tenaga ahli, dan akademisi yang ditunjuk.
 
"Apakah isi dari dokumen ini? JRCP menggambarkan karakteristik ancaman bencana, regulasi, program/kegiatan, strategi dan pendanaan alternatif, serta indikator-indikator penilai (indeks) yang menguatkan ketangguhan masyarakat Jawa Barat," katanya.
 
Di dalam dokumen tersebut dimasukkan kata kunci “Budaya”, yang berarti akar dari inti dokumen ini juga mengambil dan mewariskan pengetahuan-pengetahuan baik yang telah dimiliki oleh para leluhur di Jawa Barat dalam menghadapi bencana. Kearifan lokal ditelaah, lalu dipadupadankan dengan kemajuan teknologi. Ini yang menjadikan dokumen bisa berkembang dan beradaptasi sesuai dengan kebutuhan zaman.
 
Selain itu, kata Ebet Nugraha dokumen tersebut juga menjabarkan pendukung ketangguhan di Provinsi Jawa Barat seperti ketangguhan masyarakat dan komunitas, ketangguhan ilmu pengetahuan dan kearifan lokal, ketangguhan kelembagaan dan regulasi, ketangguhan pendanaan, dan ketangguhan infrastruktur.
 
"Pada akhirnya, dokumen JRCP ini akan dijadikan pedoman bagi para stake holder dari kabupaten/kota di Jawa Barat saat menentukan kebijakan dalam menata pembangunan di daerahnya. Karena mereka memahami penuh bahwa mengurangi dampak dari bencana sangatlah penting untuk meminimalisir kerugian yang akan dialami masyarakat.
 
Mereka pun dalam setiap implementasi program nantinya, kegiatan akan dilakukan dengan pengukuran capaian dan kinerja melalui penurunan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRB) maupun peningkatan Indeks Ketangguhan (Resilience Index)," katanya 
 
Ebet Nugraha berharap dalam jangka pendek, semua pihak sudah meningkatkan pengetahuan dan membentuk kesadaran masyarakat terhadap bencana, sementara untuk jangka panjang, semua masyarakat Jawa Barat sudah berbudaya, mendiri, dan tangguh dalam menghadapi bencana.***
 
 

Editor: Ahmad R

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x