MEDIA PAKUAN - Masoud Kamali, seorang sosiolog, penyelidik khusus masalah integrasi, diskriminasi, rasisme di Eropa dan kekuasaan di Swedia, mengemukakan bahwa pembakaran Alquran di depan kedutaan Turki di Swedia adalah pesan politik dan rasis, yang ditujukan kepada umat Islam.
Pembakaran Al Quran yang dilakukan politisi ekstrem kanan Denmark, Rasmus Paludan, pada 21 Januari 2023, ini telah memicu gelombang kecaman dari dunia Arab dan Islam.
Dalam bukunya Racial Discrimination: Institutional Patterns and Politics, ia membeberkan bagaimana umat Islam digambarkan secara negatif dalam buku sekolah di Swedia, Jerman, Inggris, Perancis, Austria, Polandia, dan pemerintahan Siprus Yunani.
Baca Juga: Negara-negara Islam Kecam Pembakaran Al Quran di Swedia: Unjuk Rasa di Turki Bakar Bendera Swedia
Menurutnya aspek utama rasisme di Eropa saat ini pada dasarnya diterjemahkan menjadi anti-Muslimisme atau istilah yang digunakan untuk Islamofobia.
Pembakaran kitab suci umat Islam dan penghinaan terhadap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, berkaitan dengan hal tersebut diatas, dan telah lazim terjadi di Swedia dan Eropa sejak era perang salib.
Kebijakan negara-negara Eropa, termasuk Swedia, yang anti Muslim di pengaruhi oleh fakta bahwa Turki adalah negara Muslim.
Kamali juga mengungkapkan bahwa selama beberapa dekade, Swedia berusaha menutupi kebenaran tentang hubungannya dengan Nazi Jerman.
Ia mengingatkan bahwa Swedia sebenarnya adalah negara terakhir yang bekerja sama Nazi, dan meninggalkan kerjasama tersebut setelah Hitler terbunuh.