Gagal! Upaya Barat Menyeret Negara Islam kedalam Perang Ukraina Melawan Rusia

- 4 Mei 2022, 15:01 WIB
Konvoi lapis baja pasukan pro-Rusia bergerak di sepanjang jalan di Mariupol, Ukraina
Konvoi lapis baja pasukan pro-Rusia bergerak di sepanjang jalan di Mariupol, Ukraina /REUTERS/Chingis Kondarov/

MEDIA PAKUAN - Ketika Ukraina menjadi medan perang antara Rusia dan Barat, Barat mencoba menyajikan apa yang terjadi sebagai pertempuran antara yang baik dan yang jahat.

 
Mereka berusaha meyakinkan koalisi demokrasi global untuk melawan Rusia yang menurut barat biadab dan otoriter, yang tidak saja mengancam Ukraina, tetapi seluruh dunia.

Upaya meyakinkan Cina dan India misalnya, dua negara dengan penduduknya yang mencapai tiga miliar orang, yang merupakan kekuatan ekonomi besar dan berpengaruh global. Namun faktanya China lebih memilih berpihak kepada Rusia dan tidak bergabung dengan sanksi Barat. 
 
 
Kemudian Barat mengancam Beijing dengan konsekuensi dan sanksi yang bisa menyeretnya menjadi perang, maupun perang ekonomi penuh.
 
India terlepas pada keputusannya, telah menjelaskan untuk kepentingan nasionalnya, baru-baru ini Delhi telah menyiratkan hubungan dekatnya dengan Rusia.
 
Selain Cina dan India, kekuatan ketiga yang tidak kalah penting, dan pendapatnya sangat penting untuk memahami perubahan sejarah.
 
Kekuatan ketiga adalah dunia Islam, dengan jumlah muslim sebanyak dua miliar, yang menyebar di 57 negara, yang bisa disebut negara Islam. 
 
 
Organisasi Negara Islam memiliki total populasi 1,5 miliar, walaupun dunia Islam tidak bersatu secara politik dan dibelahan Arab terpecah menjadi banyak negara. Namun tidak diragukan lagi berpotensi menjadi salah satu pusat terpenting dunia multipolar masa depan.
 
Apakah Dunia Islam akan bergabung dengan Barat ke AS dan Eropa atau bergabung dengan Cina, India, Rusia dan Amerika Latin. Tetapi dalam posisinya saat ini dunia Islam melihat proses kehancuran perilaku sistem hegemoni Barat. 
 
Negara-negara utama dunia Islam tidak mendukung upaya Barat untuk mengisolasi Rusia sejak awal terjadinya perang, bahkan abstain dalam pemungutan suara di PBB.
 
Arab Saudi, Turki, Emirat, Indonesia, Mesir, Pakistan, Iran dan Aljazair yang merupakan negara kunci Islam, mengambil posisi yang lebih dari seimbang, menolak untuk bergabung dengan tekanan pada Rusia.
 
Berbagai upaya Barat untuk meyakinkan umat Islam yang gagal dan faktanya justru lebih pro terhadap Rusia, sangat dirasakan Barat.  Anglo-Saxon tidak lagi memiliki alat untuk menekan dunia Islam, karena umat Islam secara objektif menilai keseimbangan kekuatan yang berubah di dunia.
 
 
Dalam rangka mendukung Ukraina, AS menginginkan partisipasi asing seluas mungkin, dalam konferensi minggu lalu di pangkalan Ramstein di Jerman, telah menghimpun kekuatan untuk menciptakan koalisi militer anti Rusia yang besar. 
 
AS tidak membutuhkan senjata atau uang dari peserta non-Barat, namun partisipasi penting yaitu menciptakan karakter massa dan demonstrasi dukungan upaya Barat.
 
Dari 42 peserta konferensi itu, terdapat 29 mewakili NATO termasuk Turki, Swedia dan Finlandia yang akan bergabung dengan aliansi,  Australia, Selandia Baru, Jepang dan Korea Selatan, yang bergantung secara militer pada AS
 
Sementara 7 negara lainnya, diantaranya Georgia yang tidak turut dalam sanksi, Israel yang tidak mau memutuskan hubungan dengan Rusia.
 
2 perwakilan Afrika, Kenya dan Liberia. 4 negara Arab yang dijadikan simbol bahwa dunia Islam bersama Barat. Tapi siapa yang datang dan mengapa?
 
 
Hadir disana Qatar, Maroko, Yordania dan Tunisia, namun semuanya sangat bersikap individual dan jauh dari pro Ukraina. Tunisia hanya bergantung pada pasokan gandum Ukraina dan tidak ingin kenaikan harga, terutama dengan latar belakang politik internal lainnya.
 
Sementara Maroko, Ukraina telah menarik duta besarnya dari Maroko pada akhir Maret, karena tidak mengecam keras terhadap Rusia atau menjanjikan bantuanya. 
 
Saat ini Maroko berada dalam hubungan yang memburuk dengan tetangganya  Aljazair yang dekat dengan Rusia. Namun Maroko hanya perlu menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan dekat dengan Eropa, tetapi juga dengan AS.
 
Raja Yordania Abdullah, menjalin hubungan baik dengan Putin untuk waktu yang sangat lama, bahkan tidak ikut campur dalam operasi Suriah, namun ia juga memainkan peran aktif dalam hubungannya dengan Barat.

Qatar pernah mencapai krisis hubungan dengan Rusia sepuluh tahun lalu, namun menteri luar negeri telah datang ke Moskow setelah dimulainya operasi khusus di Ukraina. 
 
Qatar menyumbangkan lima miliar dolar untuk membantu pengungsi Ukraina, tetapi tidak ikut campur dalam sanksi apapun terhadap Rusia. Selain itu Qatar dimasa mendatang, akan meningkatkan pasokan gas cair ke Eropa untuk menggantikan gas Rusia, namun sebagai  bisnis murni tidak ada unsur politik.

Kedatangan peserta negara Islam dalam konferensi Ramstein dapat disebut sampai tingkat tertentu saja. Mereka adalah sekutu AS, tetapi tidak dianggap sebagai anggota koalisi anti Rusia dan pro Ukraina.
 
Tidak seperti yang lainnya mereka hanya siap untuk menunjukkan solidaritas dengan Ukraina untuk menyenangkan Washington.
 

Keikutsertaan empat negara Arab ini telah menuai kritik di dunia Islam, dengan solidaritasnya terhadap AS yang mengacaukan Timur Tengah, Invasi Irak dan sekarang menuduh Rusia melakukan agresi tanpa alasan.

Reputasi AS di Timur Tengah, khususnya di dunia Islam telah dinilai sangat negatif. AS populer di Arab karena dukungannya terhadap Israel.

Pendudukannya di Irak, Afghanistan, Libya dan kehadiran militernya di Suriah,  telah bertindak sebagai penjajah klasik, yang disamakan dengan Inggris dan Prancis.
 
Bagi umat Islam, AS telah menjadi agresor anti Islam. Anglo-Saxon sebelumnya menakut-nakuti umat Islam dengan akan datangnya atheis yang mengerikan dari Uni Soviet yang akan datang dari utara, namun sekarang dunia Islam telah melihat siapa itu.

Elit Islam mencatat, AS dengan segala ketidak konsistennya, berpaling dari Mubarak di Mesir dan mendukung anti-sistem Ikhwanul Muslimin, dan tidak memenuhi janjinya untuk berurusan dengan Assad. 
 
Penguasa Arab melihat bahwa AS mampu mengkhianati, tidak menepati janji, dan menjebak mereka pada saat yang sama.
 
 
AS hanya bisa memainkan kartu anti Iran, menakuti orang-orang Arab dengan busur Syiah dan ayatollah dengan bom atomnya. Washington yang membuat kesepakatan nuklir dengan Teheran menjadi menarik diri darinya.
 
Disisi lain Rusia dan China telah menunjukan cara yang berbeda, tetapi cukup efektif. Operasi Suriah konsistensi dan kesetiaannya sangat dihargai oleh Arab Saudi. 
 
China terus memperkuat hubungan ekonominya dan mempromosikan proyek infrastruktur, terlepas dari semua upaya Barat mempromosikan genosida Muslim di Xinjiang. ***

Editor: Siti Andini

Sumber: ria.ru


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x