Semburan Matahari Ancam Bumi! Negara Maju Bersiaga: Bagaimana Nasib Negara lainnya?

- 22 Januari 2022, 17:42 WIB
SOLAR Dynamics Observatory NASA dikabarkan melihat semburan matahari terbesar sejak 2017.*
SOLAR Dynamics Observatory NASA dikabarkan melihat semburan matahari terbesar sejak 2017.* /NASA/


MEDIA PAKUAN- Ancaman cuaca luar angkasa terhadap kehidupan di bumi jarang dikemukakan oleh para pemimpin di dunia.

Padahal semburan api matahari yang saat ini disebut-sebut sedang memburuk. Sehingga  membuat para pejabat tinggi di Jepang dan negara lain semakin khawatir.
 
 
Melansir NHK WOrld, 22 Januari 2022, matahari yang baru-baru ini memasuki siklus aktivitas baru. Dan akan mencapai puncaknya dengan perkiraan semburan besar di tahun 2025.
 
 
 

Waktu yang terus berjalan membuat banyak negara yang mencari cara untuk pertahanan. Terutama  mencegah bencana yang akan terjadi.

Ledakan besar yang disebut flare yang terjadi di permukaan matahari. Meski tidak menimbulkan bahaya bagi bumi, akan tetapi radiasi dan panas yang dipancarkannya bisa mengancam kehidupan di bumi.
 

Ledakan itu mengirimkan sinar-X, partikel energik, dan gas yang disebut CME ke luar angkasa.
 
Jika ada yang mencapai Bumi, mereka dapat merusak sistem komunikasi, membuat ponsel, internet, GPS serta infrastruktur informasi akan tidak bisa digunakan.
 
Gangguan total yang dapat mengancam keselamatan penerbangan, drone, dan mobil self-driving.
 

Sinar-X dari radiasi tersebut hanya membutuhkan waktu sekitar 8 menit untuk mencapai Bumi. Sedangkan gas CME membutuhkan waktu dua hingga tiga hari untuk mencapai bumi.

Ilmuwan Jepang akan mengeluarkan peringatan ketika semburan matahari cukup besar untuk menyebabkan gangguan, tetapi kementerian dalam negeri Jepang menginginkan peningkatan kemampuan untuk mengamati dan memperkirakan bahaya apa pun.
 

"Kami ingin mempertimbangkan bagaimana mencegah dampak besar yang dapat menghentikan kegiatan ekonomi di Jepang ," kata pejabat kementerian Yamaguchi Shingo.

Sejarah mengingatkan,  peristiwa yang terjadi pada tahun 1989 di provinsi Quebec Kanada, dimana jutaan orang mengalami waktu yang gelap tanpa listrik.
 
 
Ketika badai geomagnetik melumpuhkan jaringan listrik selama sekitar 10 jam.

Peristiwa serupa terjadi di Swedia pada tahun 2003, dan tahun itu juga sebuah satelit Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang juga mengalami kerusakan pada beberapa fungsinya.

Pada tahun 2015, PBB yang mengadopsi sebuah dokumen yang disebut Sendai Framework for Disaster Risk Reduction.
 
 
Dalam daftar yang diterbitkan tahun lalu itu, cuaca luar angkasa terdaftar sebagai ancaman besar termasuk gempa bumi, gelombang panas, dan Covid-19.

AS , Inggris, dan China termasuk di antara banyak negara yang fokus terhadap dengan masalah ini. 
 
Bulan November lalu, China mengumumkan bahwa mereka telah mendirikan pusat cuaca luar angkasa dengan Rusia untuk memantau bahaya dari langit. *** 
 
 

Editor: Ahmad R

Sumber: www3.nhk.or.jp


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x