Kerusuhan Tewaskan Puluhan Orang, Kazakhstan Minta Bantuan Rusia

- 7 Januari 2022, 07:15 WIB
Ilustarasi kerusuhan di Kazakhstan
Ilustarasi kerusuhan di Kazakhstan /Pexels/Mathias P.R. Reding
 
MEDIA PAKUAN - Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev meminta bantuan Rusia untuk mengendalikan kerusuhan yang sedang berlangsung di negaranya.

Rusia mengirim pasukan terjun payung ke Kazakhstan pada Kamis untuk membantu memadamkan pemberontakan di seluruh negeri, setelah kekerasan mematikan menyebar di negara bekas Soviet itu.

Polisi setempat mengatakan, mereka telah membunuh puluhan perusuh di kota utama negara Asia Tengah, Almaty. Televisi pemerintah mengatakan 13 anggota pasukan keamanan tewas, termasuk dua ditemukan di penggal.
 

Rusia dan sekutunya mengirim pasukan untuk membantu memadamkan protes di Kazakhstan setelah kenaikan harga bahan bakar memicu gelombang kemarahan rakyat yang menjadi ancaman terbesar bagi kepemimpinan negara Asia tengah itu dalam beberapa dasawarsa.

Dilansir dari Reuters, kediaman presiden dan kantor walikota di kota itu terbakar. Pada Kamis sore, bandara kota, yang sebelumnya direbut oleh pengunjuk rasa, berada di bawah kendali personel militer. Mobil-mobil yang terbakar berserakan di jalan-jalan.

Sebelumnya pada hari Kamis, protes selalu berlangsung damai, hanya sekitar 200-300 pengunjuk rasa masih berkumpul dan tidak ada pasukan di sekitarnya. Setelah itu jumlah pendemo menjadi semakin tidak terkendali, dan memancing kerusuhan terjadi.
 
 
Beberapa pengangkut personel lapis baja dan sejumlah tentara telah memasuki alun-alun utama Almaty, dan tembakan terdengar ketika pasukan mendekati kerumunan, koresponden Reuters melaporkan dari tempat kejadian.

Dari video yang beredar di media sosial terlihat pasukan berpatroli di jalan-jalan kota Almaty jalanan tertutup kepulan asap, pasukan keamanan menembakkan senjata karena penjarahan yang meluas di kota.
 
Para pengunjuk rasa yang mengenakan topeng, membawa perisai dan pentungan yang tampaknya disita dari polisi, terdengar ledakan-ledakan
 
 
Internet telah ditutup di seluruh negeri tersebut,  kerusuhan itu belum pernah terjadi sebelumnya di Kazakhstan, yang diperintah dengan tegas sejak zaman Soviet oleh pemimpin Nursultan Nazarbayev, 81, yang memegang kendali meskipun mengundurkan diri tiga tahun lalu sebagai presiden.
 
Kazakhstan adalah produsen uranium global teratas, dan kerusuhan tersebut mendorong kenaikan 8% pada harga logam yang menjadi bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir.
 
Produsen saingan di Amerika Utara melihat harga saham mereka melonjak, termasuk Cameco Kanada (CCO.TO), naik hampir 12% sepanjang tahun ini.
 

Negara ini juga merupakan penambang bitcoin terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. "Hashrate" Bitcoin -ukuran daya komputasi mesin yang terhubung ke jaringannya - turun lebih dari 10% pada hari Rabu setelah internet Kazakhstan dimatikan.
 
Pada tahun 2020, Presiden Vladimir Putin turun tangan untuk mendukung tindakan keras pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko terhadap protes rakyat, yang mendapat sanksi dari AS dan sekutunya.
 
Kehadiran Rusia di Kazakhstan tersebut menandai langkah besar kedua oleh Kremlin dalam beberapa tahun untuk menopang sekutu yang menghadapi pergolakan.***

Editor: Adi Ramadhan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x