MEDIA PAKUAN - Pejabat Yaman dan Amerika Serikat menuduh Iran sebagai penjahat perang yang mengabadikan perang antara Yaman dan Houthi.
Iran juga dituding karena telah melatih Houthi, dan Houthi juga dituntut untuk meninggalkan kegiatan militer dan mematuhi uapaya perdamaian.
Pada Jumat rapat rutin tahunan dimulai yang diselenggarakan oleh Kementrian Luar Negeri Italia dan International Cooperation .
Baca Juga: Keluhan TKW Hongkong Ketika Disuruh Tidur Sekamar dengan Majikan: Terkadang Gak Enak Banget Tidurnya
Rapat diselenggarakan membahas tentang Studi Politik Internasional di Roma.
Ahmad Awad bin Mubarak selaku Menteri Luar Negeri Yaman dan juga utusan AS untuk Yaman juga ikut dalam rapat itu.
Mereka menyetujui bahwa Iran merupakan dalang dari peperangan tersebut yang memainkan peran negatif di Yaman.
Baca Juga: Majikan Baik, Wanita ini Ditangisi Saat Akan Pergi TKW: 20 Tahun Bekerja Baru Kali Pertama Pulang
Menteri Luar Negeru menyebutkan bahwa Iran menggunakan Yaman sebagai bidak pemerasan untuk mengekstrak konsesi selama pembicaraan nuklir.
“Iran menggunakan Yaman sebagai alat tawar-menawar dan mereka ingin mendapatkan sesuatu di Yaman saat mereka mengadakan pembicaraan di Wina,” ucap menteri Yaman.
“Mereka percaya bahwa mereka lebih unggul dan mereka memiliki hak ilahi untuk memerintah Yaman. Itu berakar pada ideologi mereka. . . kami ingin mereka mengakui bahwa semua orang Yaman adalah sama" lanjutnya.
Utusan Yaman AS juga menegaskan bahwa Houthi sedang meningkatkan kekuatan militernya di Yaman, Sekaligus sebagai serangan lintas perbatasan mereka di Arab Saudi.
Ia juga membuktikan bahwa Houthi tidak bersedia untuk mengakhiri perang dan selalu mengulangi tuduhan kepada Iran untuk menggulingkan pemerintahan Yaman.
“Jelas bahwa Houthi bermaksud mencoba menjatuhkan pemerintah Yaman." ujar Lenderking selaku Diplomat AS dan mereka “secara paksa merekrut” pemuda dengan dibawah kendalinya.
Lenderking juga beranggapan bahwa mereka akan melakukan intimidasi dan memberi tekanan untuk mengkompensasi tingginya korban akibat perang.
Houthi bener-benar menentang opini dunia dengan beralih dari solusi militer ke solusi politik menurut pendapat Lenderking tentang serangan di Marib.***