MEDIA PAKUAN - Rusia menanggapi hukuman tambahan yang diberikan Uni Eropa kepada junta Myanmar yang telah melakukan kudeta.
Hal ini mereka sampaikan karena hukuman tersebut berpotensi menambah masalah baru berupaperang saudara di Myanmar.
Namun, pihak Uni Eropa tetap menerapkan dan meningkatkan hukuman melalui pembatasan pada para jenderal Myanmar.
Sementara itu, militer Myanmar masih menghadapi pengunjuk rasa pro-demokrasi yang berkelanjutan di seluruh negeri.
Baca Juga: Gunung Sinabung Lontarkan Abu Vulkanik 1.000 Meter, Warga Diminta Waspada
Baca Juga: Manajer Google Bengio Mundur dari Pekerjaannya, Peneliti: Kerugian Besar Bagi Google
Di Yangon yang merupakan kota utama Myanmar, para pengunjuk rasa menyemprotkan cat merah ke jalan-jalan.
Hal ini menimbolkan pertumpahan darah dalam tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan terhadap warga sipil.
"Darahnya belum kering," kata salah satu pesan yang dituliskan pengunjuk rasa dengan warna merah.